WAJAH *PENJARA* CERMIN HUKUM NEGARA
( oleh *HANAFI* )
*LAPAS ll.A PAMEKASAN* dengan kata lain yang memiliki arti Rumah untuk pendidikan atau bimbingan kepada manusia atau orang yang salah jalan atau sesat *(NARAPIDANA)* agar patuh pada hukum dan berbuat baik serta ikut membangun apabila sudah kembali di masyarakat. Atau dengan kata lain lembaga pembinaan di dalam pemasyarakatan yang menempatkan cermin kontradiktif antara esensi dan eksistensinya.
*LAPAS ll.A PAMEKASAN* dalam gagasan tersebut terkandung makna bahwa hukuman yang diberikan kepada Narapidana atau orang yang bersalah *Bukan* dimaksudkan untuk balas dendam tetapi mereka yang dianggap telah menjadi orang yang tersesat harus dikembalikan lagi ke masyarakat untuk menyadarkan mereka bahwa perbuatannya yang salah.
*LAPAS ll.A PAMEKASAN* tempat pembinaan “TERLAMBAT atau TERSUMBAT” penjara bukan kiamat Yaitu menyiratkan sebuah makna yaitu “PENJARA” yang selama ini dimaknai oleh sebagian besar orang sebagai tempat berakhirnya kebebasan dan kehidupan adalah kurang tepat sekali,
Sekalipun bangunan *PENJARA* dapat mengurung atau membatasi gerak tubuh para Narapidana namun penjara tetap saja tak dapat membendung ide dan pemikiran para narapidana.
Sebagaimana disebutkan dalam salah satu baitnya lagu yang di buat oleh narapidana Lapas pamekasan berbunyi
*(“Dari terali pagi dihirup, angin masih hidup”)*
*(SAYA TIDAK INGIN MENGIRIM MEREKA KE PENJARA, TAPI SAYA INGIN MENGIRIM MEREKA KE SEKOLAH DI LAPAS PAMEKASAN )*
Melaksanakan putusan pengadilan
Keberadaan *LAPAS ll.A PAMEKASAN* diharapkan dapat mengubah perilaku seseorang menjadi lebih baik, meskipun sebagian orang tetap beranggapan bahwa orang berubah karena mereka ingin bukan karena Negara memberikan HUKUMAN kepada mereka.
Beberapa orang narapidana berubah menjadi lebih baik di dalam lapas karena mereka membuat pilihan untuk beralih kearah yang lebih baik. Demikian ungkap *HANAFI* Selaku Kepala Lapas Pamekasan yg dapat *Mutasi Ke NTT* menyebutkan bagaimana orang berubah selama dipidana di Lapas atau setelah keluar dari penjara tergantung dari bagaimana cara orang itu memilih teman layaknya di dunia bebas.
*LAKUKAN KEBAIKAN DARI PADA NANTI MEMYESALINYA*
Tulisan ini mengharapkan menjadi inspirasi kepada seluruh jajaran petugas *LAPAS IIA PAMEKASAN* dalam melaksanakan pembinaan terhadap narapidananya.
Sedamgkan Kegiatan pembinaan yang dilaksanakan tidak saja melibatkan narapidana dan petugas tapi juga *MASYARAKAT* sebagai tempat kembalinya Narapidana kelak dalam menjalankan fungsi sosialnya di masyarakat
*Refleksi akhir tahun 2021* Lapas ll.A Pamekasan kali ini sebagai bentuk think deeply “Or carefully about” mengangkat sebuah tema :
“Mewujudkan *
LAPAS ll.A PAMEKASAN BERIMAN*
yaitu *(Bersih Indah Aman)* tanpa gejolak yang mengganggu ketertiban menjadi tangggungjawab semua pihak, Dengan menggunakan teori manajemen melalui metode analisis maka refleksi ini diharapkan dapat mengetahui capaian dari target kinirja. sedangkan kendala yang dihadapi dalam pencapaian target serta target yang belum tercapai sesuai kalender kerja yang dimiliki *LAPAS ll.A PAMEKASAN*
*VISI TANPA EKSEKUSI ADALAH NGELAMUN. EKSEKUSI TANPA VISI ADALAH MIMPI BURUK*
Salah satu program unggulan yang dilaksanakan di *LAPAS ll.A PAMEKASAN* adalah kegiatan kesadaran beragama dalam bentuk Pondok Pesantren *ATTAUBAH* Belakang PEMDA Pa.ekasan.
Latar belakang dari didirikannya pondok pesantren didalam *LAPAS ll.A PAMEKASAN* adalah bahwa agama sebagai hal yang fundamental dalam kehidupan manusia, karena agama adalah jalan keselamatan bagi setiap umat-NYA.
Dengan adanya kegiatan pondok pesantren *ATTAUBAH* Belakang *PEMDA* Pamekasan ini diharapkan NARAPIDANA akan lebih sadar akan kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan dan meningkatkan keimanan serta ketaqwaan narapidana kepada Allah SWT.
*JANGAN MENYERAH atas IMPIANMU*
Impian memberikan tujuan hidup. Ingatlah, sukses bukan kunci kebahagiaan, kebahagiaanlah kunci sukses. maka kehidupan spiritual berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan; Menemukan arti dan tujuan hidup; Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri; Mempunyai perasaan keterikatan antara diri sendiri dengan yang Maha tinggi.
Berdasarkan aspek-aspek spiritual diatas, pembinaan kesadaran beragama yang diberikan kepada NARAPIDANA *LAPAS ll.A PAMEKASAN* memiliki tujuan : Agar narapidana *LAPAS ll.A PAMEKASAN* sebagai hamba Tuhan memiliki kepercayaan atau keyakinan yang berarti mereka memiliki komitmen untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Khaliq;
Memberikan motivasi kepada narapidana sebagai individu untuk mencapai suatu prestasi dan melihat masa depan dengan lebih positif; Menyadarkan akan konsep multidimensi, dengan kesadaran beragama yang baik.
Para *NARAPIDANA* diharapkan mampu memiliki perilaku yang baik pula, ditinjau dari sisi hukum, sosial, maupun norma-norma yang ada di dalam masyarakat; Agama bukan hanya saja menjadi pedoman dalam berperilaku tetapi lebih merupakan sebuah culture yang mesti dipegangt eguh dan diimplementasikan dalam kehidupannya.
Dengan demikian pendidikan agama yang lebih mengarah pada pemahaman agama secara kaffah sangat diperlukan untuk dapat mengantisipasi perbedaan antara “pengetahuan, dan Praktek, Konsep” metode dan penanganannya harus disesuiakan dengan kultur masyarakat dengan mengedepankan pola atau materi yang dapat mengubah para narapidana agar memiliki sikap, mental yang humanis-religius.
Maka di *LAPAS ll.A PAMEKASAN* kita selalu membekali pemahaman postif sehingga ketika mereka menghadapi konflik, ada pilihan positif yang bisa diambil dalam menyelesaikan konflik yang tentunya menghindari solusi destruktif,” ujarnya.
Bertolak dari latar belakang itu, *LAPAS IIA PAMEKASAN* mengambil langkah-langkah konkrit guna mewujudkan Lapas *BERIMAN* (Bersih, Indah, Aman dan Nyaman).
Salah satu langkah itu ialah keberadaan Masjid yang berdiri di dalam *LAPAS ll.A PAMEKASAN* dengan selalu mengumandangkan ayat ayat Al Quran setiap hari agar warga binaan hidup tentram dan damai dalam menjalani hukumannya.
Tugas kita ialah membuat suasana kondusif diantaranya menumbuhkan bimbingan keagamaan, dan meningkatkan ketagwaan kepada Tuhannya, hubungan yang sangat mencair antara sesama narapidana dan juga dengan para petugas.
*MENGUBAH PANDANGAN MASYARAKAT*
Hal ini adalah Tantangan terberat sebagai Petugas *LAPAS ll.A PAMEKASAN* namun hal itu bukan MENYIUTKAN NYALI kita untuk terus melakukan pembinaan terhadap orang yang dianggap bersalah atau bermasalah. Bagi saya ini letak keunikannya, bagaimana kita menyakinkan mereka agar bangkit dari keterpurukan dan memulai hidup dengan lembaran baru.
Dalam hal ini saya memandang warga binaan (NARAPIDANA) sebagai manusia yang tersesat dan masih punya kesempatan untuk bertaubat. Karena pada prinsipnya, sejahat-jahatnya manusia kalau sudah di sentuh hatinya pasti akan luluh.
*HARAPAN ADALAH IMPIAN YANG TERBANGUN*
Dalam hidup, seringkali manusia merasakan jatuh bangun dan pahit getirnya kehidupan. Ketika manusia berada pada posisi yang sangat terpuruk, tentu saja ia akan sagat membutuhkan dorongan dan semangat untuk bangkit, butuh suara atau semangat dari siapa saja orang terdekatnya.
Memang masa – masa sulit akan terasa sangat berat apabila harus di selesaikan sendirian tanpa adanya dukungan dan semangat dari para teman, sahabat dan juga kerabat.
Pada posisi yang sangat terpuruk pastinya seseorang akan membutuhkan spiritual yg Bijak yang bisa membuatnya bangkit dan merasa lebih tenang dari sebelumnya.
Terkadang memang ada banyak hal yang memungkinkan untuk membuat hati hancur, bahkan menjadikan jiwa goyah namun semuanya pasti terdapat hal baik setelahnya.
Namun keputusan yang biasanya timbul ketika sedang di rundung masalah biasanya akan membuat seseorang bisa bersikap dan bertindak lebih dewasa dan lebih matang dari yang sebelumnya.
Dalam menjalani dan menghadapi tantangan sebagi petugas *LAPAS ll.A PAMEKASAN*, dibutuhkan sikap yang konsisten.
*KONSISTEN* berarti saat mengambil kebijakan harus lurus dan siap dengan konsekwensinya. Sedangkan *IKHLAS* diartikan jalan agar menjadi tenang dalam bekerja dan berharap pada Tuhan .
Maka ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu lain terbuka; tetapi seringkali kita terlalu lama melihat pintu yang tertutup sehingga kita tidak melihat pintu yang telah dibukakan untuk kita
Untuk itu lakukan apa yang menurut hati kita benar – karena bagaimanapun kita berharap akan dikritik.
Penulis adalah Pembina Jawara Group dan salah satu Tim Advokasi Jawara Group #jawarapost#LSM_JAWARA