Papua, Jawara Post – Peristiwa mencekam terjadi di Kabupaten Sorong, Papua Barat.
Warga mengamuk, membantai 292 ekor buaya di penangkaran milik seorang pengusaha di Jalan Bandara, SP 1, Kelurahan Klamalu.
Amuk massa terjadi saat seorang warga tewas dimangsa buaya, Jumat (13/7/2018).
E Barmala, warga setempat yang melihat peristiwa itu, mengatakan, aksi itu spontan dilakukan warga yang marah kepada pemiliknya karena membangun penangkaran buaya di kawasan pemukiman warga.
Bahkan warga kerap ketakutan berada di sekitar lokasi penangkaran karena penangkaran dan ladang pertanian warga hanya dibatasi dengan pagar seng.
Warga khawatir, pagar seng mudah sekali dilewati buaya.
“Harusnya penangkaran tidak di tempat terbuka dan jauh dari keramaian. Sebaiknya binatang seperti ini ditempatkan jauh dari lokasi pertanian ternak warga,” tuturnya seperti dikutip dari Kompas.com, Minggu (15/7/2018).
Menurut dia, saat kejadian, warga leluasa masuk ke dalam penangkaran lantaran pintu penangkaran tak dikunci oleh pemiliknya yang saat itu tidak sedang berada di tempat.
Saat itu, warga langsung mengejar sepasang buaya yang berukuran besar kira-kira sepanjang dua meter lebih.
Setelah berhasil ditangkap, warga kemudian mengikat dan menyeret buaya tersebut keluar penangkaran lalu beramai-ramai menikamnya hingga mati.
Polisi yang tiba di TKP tak mampu meredam emosi warga.
Polisi hanya diam menyaksikan warga membantai satu per satu buaya, dari yang berusia bayi hingga dewasa.
Total buaya yang mati sebanyak 292 ekor. Kapolsek Aimas Kompol Emi Fenetyruma ketika dikonfirmasi membenarkan kejadian ini.
“Ditaksir, pengusaha mengalami kerugian ratusan juta rupiah,” ungkap Emi.
Aksi amuk warga ini disesalkan sejumlah pihak.
Panji, presenter acara petualangan mengunggak aksi itu di akun instagramnya, Minggu (15/7/2018).
“Lagi lagi… lagi dan lagi… kapan hewan hewan ini bisa hidup nyaman.. di hutan di bantai.. di penangkaran juga tetep di bantai.. mau nyalahin manusia saya juga manusia,mau nyalahin hewan mereka juga punya hak.. jadi siapa yang salah?? @animalstoriesindonesia.id andai hukum indonesia seperti negara tetangga,” tulisnya.
Panji juga mengunggah video pembantaian itu di akun instagramnya.
“1 kata.. tak ada hati!,” tulisnya.
Menurutnya, manusia bisa hidup berdampingan dengan hewan liar seperti buaya.
Dia mencontohkan tiga lokasi dengan populasi terbanyak di alam, yakni di Sangatta, Kutai, Kalimantan Timur.
Lalu di kampung nelayan Muara Sabar, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi serta di Teluk Kota Palu.
Di sana manusia bisa berbagi tempat tinggal dengan sang predator air tanpa harus ada pembantaian masal.
“Konflik sering terjadi di mana manusia jadi korban buaya, namun masyarakat seakan tau jika yang terjadi adalah kehendak tuhan dan sebuah musibah. Hinga kini jika kalian coba berkunjung ke daerah2 di foto tersebut kalian masih bisa melihat di mana buaya liar bisa hidup berdampingan dengan manusia,” tulisnya.
Netizen pun ramai mengomentari unggahan Panji.
edi_putra99: Pengelola penangkaranya gmana dri segi pengamananya,dan sosialisasi pd warga skitar?yg prlu d garis bawahi buaya di tngkar soalnya hmpir punah apa kperluaan bisnis? Maaf klo salah hanyan tanyak
edscwm: Kalo aja semua manusia punya pemikiran yang sama seperti ini, bisa berdampingan dengan satwa liar.. Kaya nya hewan indonesia bahagia, dihargai hak nya dan dilindungi kaya hewan tetangga..
djarot_eko: Semoga gada lagi kejadian kaya di sorong, kami yg di kalimantan yg hdup dengan populasi buaya yg lumayan banyak pun msh punya toleransi terhadapnya sesama mahluk ciptaan tuhan.
@musahadah