JAYAPURA, Jawara Post – Umat Hindu di Papua mendoakan pelaksanaan pemilihan umum (pemilu) serentak 2019, baik pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg) di Papua berjalan aman dan damai. Hal ini dilaksanakan Persatuan Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Papua di Kota Jayapura saat upacara Tawur Agung Kesanga di Taman Imbi, Kota Jayapura, Rabu, 6 Maret 2019.
Upacara Tawur Agung Kesanga ini dilaksanakan dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1941 yang jatuh pada tanggal 7 Maret 2019. Upacara ini juga dimaksudkan bertujuan mewujudkan kerukunan antar umat beragama di Papua yang penuh toleransi dan menyukseskan pemilu 2019.
“Sisa satu bulan lagi kita akan melakukan pesta demokrasi, tentunya melalui upacara ini kami berharap pemilu 2019 dapat berjalan lancar dan bukan menimbulkan permusuhan diantara kita,” jelas Ketua PHDI di Papua, Komang Wardanah, usai pelaksanaan Upacara Tawur Agung Kesanga di Kota Jayapura, Papua, Rabu 6 Maret 2019.
Menurut Komang, pemilu tahun 2019 ini sebagai ajang pesta demokrasi bukan sebagai ajang konflik. Juga diharapkan agar masyarakat dapat mengambil makna dan hikmah dari pemilu itu, sehingga pemilu di Papua ini bisa mendapatkan hasil yang baik.
“Jika awal dari pesta demokrasi ini adan permusuhan, maka hasilnya akan bermusuhan, lalu pasti ada korban. Jika awal dari pesta demokrasi ini ada kebaikan, maka hasilnya akan baik. Untuk itu di Hari Raya Nyepi ini, mari kita berintropeksi diri bersama-sama,” jelas Komang.
Komang juga berharap agar jangan karena perbedaan politik ini umat beragama menjadi bermusuhan. “Jadi semua tujuannya ini harus dilakukan sebaik-baiknya. Itulah kesepakatan bersama,” katanya.
Hari Raya Nyepi tahun ini juga bertepatan dengan hari ulang tahun Kota Jayapura ke-109 dan masuknya injil di Tanah Tabi. “Ini menandakan mungkinkah orang Hindu di Kota Jayapura mendapat ijin atas seremonial ritual Sakka. Dengan begitu dapat memberikan keseimbangan di Kota Jayapura,” tutup Komang.
Sementara di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, umat Hindu melaksanakan Upacara Melasti atau pensucian diri di sumber mata air Megapura, Distrik Assolokobal, Kabupaten Jayawijaya, Rabu, 6 Maret 2019.
I Made Putra, selaku pemimpin sembahyang umat Hindu di Kabupaten Jayawijaya mengungkapkan, Upacara Melasti ini biasanya dilakukan tiga atau dua hari sebelum perayaan Nyepi.
Namun di Jayawijaya ini, karena umat Hindu kebanyakan TNI, Polri dan juga ASN, sehingga dilaksanakan sehari saja sebelum Nyepi, yang diawali melakukan pensucikan sarana prasarana persembahyangan yang ada di Pura, tempat sembahyang umat Hindu.
“Lalu dibersikan di mata air bertempat di Megapura, Jayawijaya. Kalau di daerah pantai biasanya upacara Melasti ini dilaksanakan di pantai, karena di Jayawijaya tak ada pantai, sehingga upacara Melasti ini kita laksanakan di mata air Megapura,” katanya.
Rangkaian selanjutnya, kata I Made Putra, setelah Melasti diaksanakan upacara Pecaruan yang fungsinya untuk mensucikan Buana Agung, yaitu alam semesta, dimana pembersihan dan pensucian ini dengan upacara Pecaruan Ayam Brumbun yang dilaksanakan setelah Melasti.
Keesokan harinya, seluruh umat Hindu barulah melaksanakan Catur Brata penyepian tanpa boleh menyalakan api. Melaksanakan aktivitas atau pekerjaan sehari-hari tak boleh berpergian pada saat hari raya Nyepi dan tak boleh berhura-hura.
“Setelah Catur Brata penyepian itu, barulah umat Hindu melaksanakan yang namanya Ngambak Geni untuk melaksanakan silahturahmi, baik interen umat Hindu maupun dengan antar umat beragama di Jayawijaya,” katanya.
Hariono selaku penyelenggara Binmas Hindu Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jayawijaya mengatakan, tema Nyepi yang diambil tahun ini ialah untuk mensukseskan pemilu 2019.
Untuk itu, kata Hariono, pihaknya mengajak umat Hindu di Jayawijaya khususnya untuk meningkatkan kesadaran hidup dalam kehidupan bermasyarakat, bersosial, maupun dalam kehidupan bernegara.
“Sehingga kita ingin perayaan Nyepi ini lebih memperluas tema itu. Tak hanya sekadar berkeinginan pemilu yang damai, tetapi bagaimana kehidupan kita bermasyarakat dan berbangsa ini menjadi lebih baik ke depannya,” ungkap Hariono.
Qadri Pratiwi/Stefanus Tarsi