JAYAPURA, Jawara Post – Nasi bambu adalah beras ketan putih dan merah yang ditanak dalam bambu. Salah satu makanan tradisional khas Jeneponto, Sulawesi Selatan, yang bisa dijumpai di Kota Jayapura, Papua adalah lammang atau lemang.
Norma, seorang penjual nasi bambu di Pasar Hamadi, Kota Jayapura, Papua, saat ditemui awak media, mengatakan, nasi bambu khas Jeneponto hampir sama dengan nasi bambu di daerah lainnya di Indonesia.
Simak juga 》RADAR NTB : Sejumlah Penyandang Distabilitas Di Lobar, Menuntut Akses Pembuatan Inafrastruktur
“Bedanya hanya asal kotanya saja tapi prosesnya hampir sama, yaitu beras ketan dimasak dalam bambu. Rasanya gurih dan bisa bertahan tiga hari,” ujar Norma.
Menurutnya, proses membuat nasi bambu tidaklah sulit, yaitu betas ketan dimasak pakai santan dan ditambahkan garam dapur secukupnya. “Dimasak sampai empat jam lamanya untuk mendapatkam matang sempurna. Dimasak di bambu muda dengan panjang 30 centimeter. Nasi bambu saya buat sendiri,” tuturnya.
Norma menjelaskan, untuk bisa membuat nasi bambu yang rasanya gurih, yaitu beras ketan dicuci hingga bersih dan ditiriskan, bilah bambu dibersihkan bagian dalamnya, bungkus pisang dengan daun pisang lalu dimasukkan ke dalam bambu, tutup ujungnya dengan daun pisang.
Setelah itu, bakar bambu dengan menggunakan kayu bakar atau batok kelapa, agar matang merata, batang bambu dibolak-balik atau diputar-putar. Setelah matang, cepat disajikan dalam keadaan hangat lebih nikmat dan gurih.
Terkait penjualannya, ungkap Norma, sekali bikin atau dalam sehari membutuhkan 10 kilogram beras ketan. Satu kilogram beras ketan dibelinya Rp22 ribu, dengan total modalnya keseluruhan mencapai Rp400 ribu untuk membeli beras ketan, kelapa, daun pisang dan bambu.
Ramah papua