Lobar NTB, Jawara Post – Berpredikat sebagai kota air, tak menjamin semua warga di daerah Narmada Kabupaten Lombok Barat berkecukupan air bersih. Buktinya, di Desa Sedau Kecamatan Narmada Lombok Barat NTB, yang terletak di perbatasan dengan Kabupaten Lombok tengah NTB justru mengalami krisis air hampir tiap tahun.
Daerah ini termasuk salah satu sumber air di Narmada, namun ironisnya luput dari perhatian pemerintah. Puluhan tahun warga setempat bergantung dari sumur sebagai sumber air bersih, lantaran bantuan dari pemerintah tidak pernah ada realisasi.
Wargapun terpaska harus Mandi, Cuci Kakus (MCK) di selokan dan parit yang ada di sekitar yang airnya kotor. Untuk minum sehari-hari pun sangat susah akibat kondisi air sumur yang mengering.
Diwawancarai wartawan Jawarapost.comminggu ( 18/11/2018), Kepala dusun Sedau Gondang Sarmah dan sejumlah warga setempat menuturkan krisis air bersih melanda empat dusun di desa setempat hampir tiap tahun.
Kali ini krisis air terjadi sejak pascagempa empat bulan lalu. Krisis air ini diakibatkan air sumur warga mengering. Meskipun beberapa kali hujan melanda, debet air sumur warga juga masih kecil.
Akibat kondisi ini, warga pun terpaksa harus mengambil air di Pancoran berjarak ratusan meter dari pemukiman warga. Pancoran ini sendiri sudah lama ada, kemungkinan dibangun di zaman Jepang kala itu. Untuk mendapatkan air bersih pun, warga terpaksa harus antre berjam-jam di lokasi karena banyaknya warga yang ambil air.
“Kami krisis air bersih sudah berbulan-bulan pokoknya setelah gempa itu. Sumur warga kering, kami pun ambil air di Pancoran, itupun harus antre. Untuk mandi, cuci dan Kakus (MCK) kami ke parit saja setiap hari,” tutur Kadus Sedau ini.
Ditanya apa penyebab mengeringnya air sumur warga, kemungkinan katanya terlalu banyak sumur yang dibangun oleh warga. Sebab hampir di setiap rumah ada dibangun sumur untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Warga di beberapa dusun setempat bergantung sejak puluhan tahun dari sumur, bahkan semenjak ada mata air di daerah setempat warga secara swadaya membangun sumur. Pernah ada bantuan pipa dari Jepang namun itupun sudah rusak sehingga tak lagi mampu melayani warga setempat.
Kondisi ini semakin membuat warga kebingungan untuk memenuhi kebutuhan air. Apalagi saat ini sumur warga mengering. “Kami terpaksa mandi di parit,untuk minum kami ambil di Pancoran,”jelas warga lain.
Kini warga sangat berharap bantuan dari pemerintah untuk mengatasi persoalan air yang dialami warga. Beberapa alternatif yang diharapkan warga, jika memungkinkan dibangun sumur bor, Pamsimas dan pipanisasi dari pihak BWS. Yang paling diharapkan warga bantuan sambungan PDAM.
PLT Kades Sedau Ahmadi Arianto mengakui jika krisis air hampir tiap tahun melanda empat dusun didaerah setempat diantaranya Dusun Sedau Gondang, Eyat bintang, Sedau dese dan Poh gading. Terdapat 800 KK lebih atau sekitar 2000 jiwa lebih yang terdampak di emapt dusun tersebut.
Krisis air disebabkan suplai air dari pipa macet dan tidak mencukupi. Padhal dari induk Sumber air debet ya begitu besar namun akibat pipa kurang memadai sehingga mengakibatkan suplai tersendat. “Tiap tahun itu aja Kendalanya (krisis Air),” jelasnya.
Diakui ada pipa yang menghubungkan mata air dengan pemukiman warga yang dibangun tahun 1980 silam dari Program care pemerintah Jepang. Namun kondisi nya saat ini sangat tidak memadai sehingga tak lagi mampu melayani masyakarat setempat.
Langkah selanjutnya pihak desa akan mempertanyakan kelanjutan bantuan dari BWS dan usulan ke PDAM. Pihak desa sendiri akan melterus-menerus porsi anggaran DD untuk disesuaikan dengan usulan dari bawah.
Ia pun akan memprioritaskan pipa air tersebut sebab jika tidak ditangani akan terus berkepanjangan persoalan ini. Kades PU PR Made Artadana mengatakan pihak desa sudah bersurat ke Dinas PU. Pihaknya pun sudah meminta desa agar membuat skate sumber air ke pemukiman warga.
“Sudah ada surat dari Sedau, kalau memang belum tolong mohon bersurat disertai foto agar nanti kami turun langsung cek lapangan,” imbuhnya.
Lalu. Muhasan NTB