LANGGUR, Jawara Post—Masih dalam tahapan pekerjaan, Jembatan penghubung antara dusun Fair Kecamatan Dullah Selatan Kota Tual dengan Pulau Kei Kecill, kembali ambruk sehingga mendapat perhatian dari semua pihak termasuk anggota DPRD Provinsi Maluku.
“Kami minta pihak penegak hukum untuk melakukan pemeriksaan terhadap pekerjaan tersebut sehingga tidak menimbulkan korban di kemudian hari nanti,” kata Anggota DPRD Propinsi Maluku Amir Rumra melalui via telpon, Rabu (15/1/2020).
Pihaknya menilai, para pihak yang bertanggungjawab atas pelaksanaan pekerjaan jembatan tersebut diduga meraup keuntungan yang besar sehingga kualitas pekerjaan dipertanyakan.
“Kontraktor, konsultan perencanaan, konsultasi pengawasan dan Balai Pelaksana Jalan dan Jembatan Nasional Wilayah XVI lebih memilih keuntungan yang besar dari pada kualitas pekerjaan, kami minta pihak penegak hukum melakukan pemeriksaan,” ungkapnya.
Dia menyatakan, jembatan lengkung merupakan fasilitas umum sehingga kualitas pekerjaan harus dijaga oleh kontraktor, bukan asal kerja yang pada akhirnya menelan korban nanti.
“Ini faktor konsultan pengawasan tidak memalukan pengawasan dengan baik akhirnya seperti ini, sehingga kontraktor gampang bermain dengan pekerjaan,” ucapnya.
Dirinya juga meminta kepada kontraktor, agar segera menyelesaikan pekerjaan tersebut. Karena masyarakat dusun Fair sangat jembatan penghubung dusun fair dan Kabupaten Maluku Tenggara.
“Kita minta kontraktornya cepat selesaikan pekerjaan itu karena masih dalam tahapan tanggungjawab kontraktor,” ungkapnya.

Sebelum dibangun kembali, sempat ada korban luka
Untuk diketahui, akibat dari ambruknya jembatan gantung Wear Fair ini mengakibatkan dua pekerja mengalami luka-luka.
Proyek pembangunan jembatan Fair dari APBN tahun anggaran 2019 pada Balai Jalan Nasional dengan nama paket pembangunan jembatan gantung Wear Faer dengan nilai kontrak Rp, 6,285 miliar yang dilaksanakan oleh CV. Keramik Jaya dan konsultan pengawas PT. Yodya Karya.
Sebelumnya Kontraktor pembangunan jembatan gantung Faer di Kota Tual, Anderias Rentanubun mengaku lalai dalam pengerjaannya sehingga rangka jembatan tersebut ambruk.
“Ini bagian dari kelalaian pihak kami, karena yang seharusnya dipasang, namun tidak dipasang,” katanya.
Menurut dia, sebenarnya tinggal satu bagian pada struktur jembatan akan tersambung, hanya memang dari pabrik yang pengadaan rangka yakni waeropnya pendek, sehingga harus menunggu waerop pengganti, dan sementara dipasang sleng.
Sleng itu untuk menahan sementara agar pekerjaan bisa jalan, tetapi putus dan menyebabkan ambruknya rangka jembatan.
“Karena mereka ingin kita cepat, maka kita kejar waktu, jadi penggunaan sleng dilakukan, dan hitungannya bisa, tetapi hitungan manusia di luar dugaan,” kata Anderias.
Menurutnya, cuaca juga menjadi penyebab putusnya sleng yang kita pakai, dimana jembatan gantung ini goyang karena angin terutama pada musim barat sehingga terjadi gesekan akhirnya sleng itu putus.
“Terkait langkah yang akan diambil, pertama kita akan pakai drun untuk mengangkat rangkanya supaya jangan tenggelam, kemudian dilepas penggantungnya, sehingga waeropnya datang kita sudah bisa tarik sleng utamanya, setelah itu kita pakai takel untuk menarik rangkanya kembali naik dan pasang pada penggantungnya,” kata Anderias.
Paling lambat dua minggu selesai ambruknya, dan pekerjaan dapat dilanjutkan kembali.
Nurjanah/JP