PT JAWARA POS GRUP

SELAMAT & SUKSES RI 1

RADAR MADURA : SUMENEP, SEJARAHMU HINGGA KINI

MADURAJawara Post —-Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, merupakan sebuah daerah yang berada di ujung timur pulau garam Madura. Kabupaten Sumenep, memiliki 126 Pulau baik yang berpenghuni maupun tidak. Hali ini, Jumat (24/1/202) redaksi mencoba mengangkat kedigdayaan Arya Wiraraja dan siapa saja Raja yang pernah memerintah di Sumenep.

Sumenep mulai dikenal dan memiliki Pemerintahan, semenjak dilantiknya Arya Wiraraja pada tanggal 31 Oktober 1269, yang kemudian dijadikan sebagai hari jadi Kabupaten Sumenep. Selama dipimpin oleh Arya Wiraja, banyak kemajuan yang dialami kerajaan Sumenep.

Pria yang berasal dari Desa Nangka, Jawa Timur ini memiliki pribadi dan kecakapan atau kemampuan yang baik. Arya Wiraja secara umum dikenal sebagai seorang pakar dalam ilmu penasehat atau pengatur strategi. Bahkan, analisanya cukup tajam dan terarah sehingga banyak yang mengira Arya Wiraja adalah seorang dukun.

Adapun jasa-jasa Arya Wiraja :

– Mendirikan Majapahit b ersama dengan Raden Wijaya.

– Menghancurkan tentara Cina/tartar serta mengusirnya dari tanah Jawa.

Pada usia 35 Tahun, karier Arya Wiraja cepat menanjak, beliu mulai jabatan Demang Kerajaan Singosari. Kemudian dipromosikan oleh Kartanegara Raja Singosari menjadi Adipati Kerajaan Sumenep, dan dipromosikan oleh Raden Wijaya menjadi Menteri di Kerajaan Majapahit dan bertugas di Lumajang.

Setelah Arya Wiraja meninggalkan Sumenep, kerajaan di ujung timur Madura itu mengalami kemunduran. kekuasaan diserahkan kepada saudaranya Arya Bangah dan keratonnya pindah dari Batuputih ke Banasare di wilayah Sumenep juga.

Selanjutnya diganti oleh anaknya, yang bernama Arya Danurwendo, yang keratonnya pindah ke Desa Tanjung dan selanjutnya diganti oleh anaknya, yang bernama Arya asparati. Diganti pula oleh anaknya bernama Panembahan Djoharsari.

Selanjutnya kekuasaan dipindahkan kepada anaknya bernama Panembahan Mandaraja, yang mempunyai 2 anak bernama Pangeran Bukabu yang kemudian menganti ayahnya dan pindah ke Keratonnya di Bukabu (Kecamatan Ambunten). Selanjutnya diganti oleh adiknya bernama Pangeran Baragung yang kemudian pindah ke Desa Baragung (Kecamatan Guluk-guluk).

Pangeran Jokotole (Pangeran Secodiningrat III)

Pangeran Jokotole menjadi raja Sumenep yang ke 13 selama 45 tahun (1415-1460). Jokotole dan adiknya bernama Jokowedi lahir dari Raden Ayu Potre Koneng, cicit dari Pangeran Bukabu sebagai hasil dari perkawinan bathin (melalui mimpi) dengan Adipoday (Raja Sumenep ke 12).

Karena hasil dari perkawinan Bathin itulah, maka banyak orang yang tidak percaya. Dan akhirnya, seolah-olah terkesan sebagai kehamilan diluar nikah. Akhirnya menimbulkan kemarahan kedua orang tuanya, sampai akan dihukum mati. Sejak kehamilannya, banyak terjadi hal-hal yang aneh dan diluar dugaan. Karena takut kepada orang tuanya maka kelahiran bayi RA Potre Koneng langsung diletakkan di hutan oleh dayangya. Dan, ditemukan oleh Empu Kelleng yang kemudian disusui oleh kerbau miliknya.

Peristiwa kelahiran Jokotole, terulang lagi oleh adiknya yaitu Jokowedi. Kesaktian Jokotole mulai terlihat pada usia 6 tahun lebih, seperti membuat alat-alat perkakas dengan tanpa bantuan dari alat apapun hanya dari badanya sendiri, yang hasilnya lebih bagus ketimbang ayah angkatnya sendiri.

Lewat kesaktiannya itulah maka ia membantu para pekerja pandai besi yang kelelahan dan sakit akibat kepanasan termasuk ayah angkatnya dalam pengelasan membuat pintu gerbang raksasa atas pehendak Brawijaya VII. Dengan cara membakar dirinya dan kemudian menjadi arang itulah kemudian lewat pusarnya keluar cairan putih untuk keperluan pengelasan pintu raksasa.

Akhirnya ia diberi hadiah emas dan uang logam seberat badannya. Akhirnya ia mengabdi di kerajaan Majapahit untuk beberapa lama. Banyak kesuksessan yang ia raih selama mengadi di kerajaan Majapahit tersebut yang sekaligus menjadi mantu dari Patih Muda Majapahit.

Setibanya dari Sumenep ia bersama istrinya bernama Dewi Ratnadi bersua ke Keraton yang akhirnya bertemu dengan ibunya RA Potre Koneng dan kemudian dilantik menjadi Raja Sumenep dengan Gelar Pangeran Secodiningrat III.

Saat menjadi raja ia terlibat pertempuran besar melawan raja dari Bali yaitu Dampo Awang, yang akhirnya dimenangkan oleh Raja Jokotole dengan kesaktiannya menghancurkan kesaktiannya Dampo Awang. Kekuasaannya berakhir pada tahun 1460 dan kemudian digantikan oleh Arya Wigananda putra pertama dari Jokotole.

Raden Ayu Tirtonegoro Dan Bindara Saod

Raden Ayu Tirtonegoro merupakan satu-satunya pemimpin wanita dalam sejarah kerajaan Sumenep sebagai Kepala Pemerintahan yang ke 30. Menurut hikayat RA Tirtonegoro pada suatu malam bermimipi supaya Ratu kawin dengan Bindara Saod. Setelah Bindara Saod dipanggil, diceritakanlah mimpi itu. Setelah ada kata sepakat perkawinan dilaksanakan, Bindara Saodmenjadi suami Ratu dengan gelar Tumenggung Tirtonegoro.

Terjadi peristiwa tragis pama masa pemerintahan Ratu Tirtonegoro. Raden Purwonegoro Patih Kerajaan Sumenep waktu mencintai Ratu Tirtonegoro, sehingga sangat membenci Bindara Saod, bahkan merencanakan membunuhnya.

Raden Purwonegoro datang ke keraton lalu mengayunkan pedang namun tidak mengenai sasaran dan pedang tertancap dalam ke tiang pendopo. Malah sebaliknya Raden Purwonegoro tewas di tangan Manteri Sawunggaling dan Kyai Sanggatarona.

Seperti diketahui bahwa Ratu Tirtonegoro dan Purwonegoro sama-sama keturunan Tumenggung Yudonegoro Raja Sumenep ke 23. Akibatnya keluarga kerajaan Sumenep menjadi dua golongan yang berpihak pada Ratu Tirtonegoro diperbolehkan tetap tinggal di Sumenep dan diwajibkan merubah gelarnya dengan sebutan Kyai serta berjanji untuk tidak akan menentang Bindara Saod sampai tujuh turunan. Sedang golongan yang tidak setuju pada ketentuan tersebut dianjurkan meninggalkan kerajaan Sumenep dan kembali ke Pamekasan, Sampang atau Bangkalan.

Panembahan Somala

Bandara Saod dengan isterinya yang pertama di Batu Ampar mempunyai 2 orang anak. Pada saat kedua anak Bindara Saod itu datang ke keraton memenuhi panggilan Ratu Tirtonegoro, anak yang kedua yang bernama Somala terlebih dahulu dalam menyungkem kepada Ratu sedangkan kakaknya mendahulukan menyungkem kepada ayahnya (Bindara Saod).

Saat itu pula keluar wasiat Sang Ratu yang dicatat oleh sektretaris kerajaan. Isi wasiat menyatakan bahwa di kelak kemudian hari apabila Bindara Saod meninggal maka yang diperkenankan untuk mengganti menjadi Raja Sumenep adalah Somala. Setelah Bindara Saod meninggal, 8 hari kemudian Ratu Tirtonegoro ikut meninggal tahun 1762, sesuai dengan wasiat Ratu yang menjadi Raja Sumenep adalah Somala dengan gelar Panembahan Notokusumo I.

Beberapa peristiwa penting pada zaman pemerintahan Somala antara lain menyerang negeri Blambangan dan berhasil menang sehingga Blambangan dan Panarukan menjadi wilayah kekuasaan Panembangan Notokusumo I. Kemudian beliau membangun keraton Sumenep yang sekarang berfungsi sebagai Pendopo Kabupaten. Selanjutnya beliau membangun Masjid Jamik pada tahuhn 1763, Asta Tinggi (tempat pemakaman Raja-Raja Sumenep dan keluarganya) juga dibangun oleh beliau.

Sultan Abdurrachman Paku Nataningrat

Sultan Abdurrachman Pakunataningrat bernama asli Notonegoro putra dari Raja Sumenep yaitu Panembahan Notokusumo I. Sultan Abdurrachman Pakunataningrat mendapat gelar Doktor Kesusastraan dari pemerintah Inggris, karena beliau pernah membantu Letnan Gubernur Jendral Raffles untuk menterjemahkan tulisan-tulisan kuno di batu kedalam bahasa Melayu.

Beliau memang meguasai berbagai bahasa, seperti bahasa Sansekerta, Bahasa Kawi, dan sebagainya. Dan, juga ilmu pengetahuan dan Agama. Disamping itu pandai membuat senjata Keris. Sultan Abdurrachman Pakunataningrat dikenal sangat bijaksana dan memperhatikan rakyat Sumenep, oleh karena itu ia sangat disegani dan dijunjung tinggi oleh rakyat Sumenep sampai sekarang.

Artikel ini diambil dari beberapa sumber, dan jika ada kesalahan baik dalam penulisan nama maupun kekurangan data sejarah Kabupaten Sumenep, tim redaksi, mohon maaf.

DAFTAR RAJA YANG PERNAH MEMERINTAH DI SUMENEP

NO NAMA TEMPAT KERATON TAHUN KETERANGAN
1. Aria Banyak Wedi
( Aria Wiraraja )
Batuputih 1269-1292 Otak pendiri Ker. Majapahit
2. Ario Bangah( Wiraraja ) Banasare 1292-1301
3. Ario Danurwendo
( Lembu Sarenggono )
Aeng Anyar 1301-1311
4. Ario Assrapati 1311-1319
5. Panembahan Joharsari Bluto 1319-1331
6. Panembahan Mandaraga
( R. Piturut )
Keles 1331-1339
7. P. Bukabu Wotoprojo Bukabu 1339-1348
8. P. Baragung Notoningrat Baragung 1348-1358
9. R. Agung Rawit
( Secodiningrat I )
Banasare 1358-1366
10. Tumenggung Gajah Pramono
( Secodiningrat II )
Banasare 1366-1386
11. Panembahan Blongi
( Aryo Pulang Jiwo )
Bolingi / Poday 1386-1399
12. Pangeran Adipoday
(Ario Baribin )
Nyamplong / Poday 1399-1415
13. Pangeran Jokotole( P. Secodiningrat III ) Banasare 1415-1460 Pendiri Benteng Kalimo’okmelawan orang-orang Bali . Awang pendiri pintuGerbang Ker. Majapahit>
14. R. Wigonando
( P. Secodiningrat IV )
Gapura 1460-1502
15. P. Siding Purih
( P. Secodingrat V )
Parsanga 1502-1559 Patoh Takundur
16. RT. Kanduruwan Karang Sabu 1559-1562
17. P. Wetan dan P Lor 1562-1567
18. R. Keduk ( P. Keduk II ) 1567-1574
19. R. Rajasa ( P. Lor II ) 1574-1589
20. R. Abdullah (P. Cokronegoro I) Karang Toroy 1589-1626
21. P. Anggadipa Karang Toroy 1626-1644
22. Tumenggung JaingPatih dari Sampang Karang Toroy 1644-1648
23. R. Bugan (Tumenggung Yudonegoro) Karang Toroy 1648-1672
24. P.T. Pulang Jiwo dan P. Sepuh Karang Toroy 1672-1678
25. P. Romo
(P. Cokronegoro II)
Karang Toroy 1678-1709
26. RT. Wiromenggolo (Purwonegoro) Karang Toroy 1709-1721
27. R. Ahmat alias P. Jimat
(T. Aryo Cokronegoro III)
Karang Toroy 1721-1744
28. R. Alza Alias P. Lolos Karang Toroy 1744-1749 Lolos dalam penyergapan K. Lesap
29. K. Lesap Karang Toroy 1749-1750 Pimpinan sementara diserahkan T. Tirtonegoro
30. R. Ayu Tirtonegoro
R. Rasmana & Bindara Saod
Pajagalan 1750-1762 Pemerintahan diserahkanpada suaminya
31. Panembahan Sumolo Asiru Pajagalan 1762-1811 Pendiri Masjid Jamik
32. Sri Sultan Abdurrahman
( Pakunataningrat I )
Pajagalan 1811-1854 Kerajaan Sumenep
33. Panembahan Moh. Saleh
( Notokusumo II )
Pajagalan 1854-1879
34. P. Mangkudiningrat
( P. Pakunataningrat II )
Pajagalan 1879-1901
35. P. Ario Prataningkusumo Pajagalan 1901-1926
36. RP. Ario Prabuwinoto Pajagalan 1926-1929

Inilah Daftar Nama Bupati Dan Wakil Bupati Sumenep :

Sejak adanya perubahan dari kerajaan ke Pemerintahan, Kabupaten Sumenep yang berada di ujung timur pulau garam Madura ini, di Pimpin oleh 15 orang Bupati sejak tahun 1929 hingga 2021.

No Bupati[2] Mulai menjabat Akhir menjabat Prd. Wakil Bupati
1 R.T.A. Samadikun 1929 1947 1
2 R.P. Amidjojo 1947 1949 2
3 R.P.M. Ali Pratamingkusuma 1949 1954 3
4 R.M. Ruslan Wongsokusuma 1954 1956 4
5 R.A.M. Ruslan Cakraningrat 1956 1958 5
6 R. Soerakhmad Prawirodjo 1958 1960 6
7 R. Achyak Sosrosuganda
8 R. Abdullah Mangunsiswo 1960 1963 7
9 Drs.
Abdurrachman
1963 1974 8
9
10 R.P. Machmud S 1974 1975 10
11 R. Semaroem 1975 1980 11
1980 1985 12
12 R. Soegondoe 1985 1990 13
1990 1995 14
13 Kol. Art. H.
Soekarno Marsaid
1995 2000 15
14 KH.
Moh. Ramdhan Siradj
SE, MM
2000 2005 16
2005 2010 17 Drs.
Moch. Dahlan
MM
15 Drs. KH.
A. Busyro Karim
M.Si
2010 2015 18 Soengkono Sidik
Sudarmawan 2015 2016
(16) Drs. KH.
A. Busyro Karim
M.Si
17 Februari 2016 Petahana 19 Achmad Fauzi



Menyingkap Tabir Menguak Fakta