MANOKWARI, Jawara Post– Petani cabai di Desa Bedip Matoa, Distrik Prafi, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat panen cabai organik perdana.
Dalam menanam cabai, petani binaan Bank Indonesia Provinsi Papua Barat menggunakan pendekatan organik berbasis MA-11.
Petani cabai setempat memiliki luas lahan 1/4 hektar yang terbagi dalam dua hamparan, masing-masing seluas 1/8 hektar.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua Barat, Donny Heatubun mengatakan satu hamparan demplot menggunakan pendekatan organik MA-11 dan sebagian hamparan lainnya menggunakan pendekatan non organik. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan produktifitas lahan yang menggunakan pendekatan organik dan non organik.
“Tanaman cabai keriting yang sekarang ditanam dapat dipanen pertama kali pada umur tiga sampai dengan empat bulan dan memiliki masa produktif selama 4-5 bulan dalam satu kali,” kata Donny, Senin 25 Maret 2019.
Pemkab Manokwari sebelumnya telah memiliki laboratorium MA-11 yang baru diresmikan pada 21 Januari 2019 oleh Bupati Manokwari, Demas Paulus Mandacan.
Saat ini laboratorium itu sudah memproduksi MA-11 secara massal dan hasil produksi laboratorium mini sudah dapat digunakan oleh klaster pertanian dan hortikultura.
Kata Donny, saat ini petani cabai binaan BI Papua Barat terdapat di Kabupaten Manokwari yang terdiri dari 4 kelompok petani dengan jumlah 82 orang petani. Petani cabai binaan BI setempat juga ditemui di Kabupaten Manokwari Selatan.
Asisten II Bidang Ekonomi Pembangunan Pemkab Manokwari, Harjanto Ombesapu mengatakan program dari BI bekerjasama dengan Pemkab Manokwari dalam beberapa kegiatan telah dirasakan manfaatnya, seperti pengembangan ekonomi, pengendalian inflasi, pembentukan klaster cabai merah, pembangunan laboratorium mini MA-11, serta panen cabai perdana hari ini.
Oki Rose/max