CIBINONG, —Musim panen kali ini didaerah Pondok Rajeg, Cibinong, Kabupaten Bogor, nampaknya kurang berpihak bagi para petani setempat. Betapa tidak, ditengah biaya tanam yang cukup tinggi, saar panen harga gabah kering di daerah tersebut anjlok dari harga Rp 4.500/kg menjadi Rp. 3.500 per kilogram.
Menurut petani yang akrab dipanggil Wagino, harga jual gabah anjlok lantaran musim panen masuk masa puncak. Akibat kondisi ini, hasil panen melimpah ruah, “Masuk musim panen dan masa puncaknya, produksi melimpah,” tuturnya.
Sama halnya didaerah lainnya seperti Kulon Progo Jogjakarta. Musim panen kali ini dirasa kurang menguntungkan bagi para petani setempat.
Sejumlah petani di Kulonprogo mengeluhkan rendahnya harga gabah kering yang saat ini hanya berkisar antara Rp 3.000 hingga Rp 3.200 per kilogram dari harga sebelumnya bisa mencapai Rp 3.800 per kilogram. Pihak terkait diharapkan bisa segera turun tangan untuk segera menstabilkan harga.
Salah satu petani asal Kecamatan Sentolo, Karsono (54) mengatakan, rendahnya harga berada di tingkat petani. Kondisi ini berlangsung sejak masa panen tiba pada awal 2019. “Kami berharap Bulog segera turun tangan ke petani untuk menstabilkan harga gabah sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP),” kata Karsono, Minggu 7 April 2019.
Karsono menyayangkan rendahnya harga ini. Sebab tak sebanding dengan hasil panen yang menurutnya bagus. Dia mencontohkan lahan panen seluas 1.000 meter persegi miliknya mampu menghasilkan gabah sekitar 15 sak. “Tapi ya itu tadi, harga tak sebanding,” ujarnya.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Pangan (Distanpangan) Kulonprogo, Tri Hidayatun mengaku telah mengetahui rendahnya harga gabah di tingkat petani. Menurutnya anjloknya harga disebabkan panen raya di beberapa wilayah di Kulonprogo, termasuk Kecamatan Sentolo.
Diketahui masa panen padi di Kulonprogo telah dimulai sejak awal 2019. Sekitar 2.500 hektare di Kecamatan Nanggulan, Lendah, Galur, pada Januari hingga Februari sudah panen dengan produktivitas antara 8,6 ton per hektare gabah kering panen (gkp) hingga 8,9 ton per hektare gabah kering panen (GKP).
Sementara untuk luasan panen pada Maret hingga April mencapai 5.826 hektar. Lahan tersebut berada di Kecamatan Temon, Wates, Sentolo dan Pengasih dengan produksi rata-rata 8,6 ton per hektare GKP.
Selain karena masa panen raya, anjloknya harga gabah ini juga karena Bulog belum melakukan penyerapan secara optimal ke tingkat petani. Agar hal ini segera teratasi, Distanpangan berencana melakukan koordinasi dengan bulog dan Kodim 0731/Kulonprogo untuk mensikapi panen raya padi dan rendahnya harga gabah di tingkat petani.
Dia berharap bulog segera melakukan langkah serap gabah (sergab) di lahan langsung milik petani atau kelompok tani.”Jika bulog turun tangan setidaknya bisa membuat harga terangkat dan petani sedikit terbantu meski kami tahu musim panen menyebabkan pasokan melimpah dan harga cenderung turun,” tuturnya.
Imelda/sugeng