BONDOWOSO, Jawara Post – Setiap tahun disaat musim kemarau, masyarakat Desa Banyuwulu menggelar tradisi karapan sapi dan Ojung. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk memohon kepada Tuhan yang maha esa untuk berharap turunnya hujan.
Tradisi karapan sapi dan ojung ini sudah sering dilaksanakan setiap musim kemarau datang setelah selesai musim panen. Selain mengharap hujan, hal ini sebagai rasa syukur terhadap Tuhan yang maha esa karena telah dikaruniai rejeki hasil panen melimpah.
Menurut Sukron tokoh pemuda setempat mengatakan bahwa, setiap tahunnya di masyarakat Desa Banyuwulu menggelar karapan sapi bergantian dengan masyarakat lainnya.
“Kalau sudah masuk musim kemarau masyarakat bergantian menggelar karapan sapi di ‘Tekkel'(ladang.red) masing-masing. Karena menurut mereka, selain memupuk tradisi agar tidak punah, juga sebagai rasa syukur kepada Allah Swt,” ungkapnya saat ditemui di lokasi karapan Selasa (09/10).
Lanjut Sukron, karapan sapi dan ujung ini dilaksanakan sebagai upaya mempererat hubungan silaturahmi antar masyarakat sesama penghobi sapi karapan agar tetep terjalin dengan baik.
“Banyak manfaat yang diperoleh adanya karapan sapi ini, yaitu menjalin silaturahmi antar masyarakat. Juga menggerakkan perekonomian masyarakat, karena banyak yang dijual setiap ada karapan sapi,” ungkap mantu Kades Banyuwulu ini.
Sukron berharap sebagai generasi muda, akan terus melestarikan budaya karapan sapi yang ada di Desa Banyuwulu ini. Kedepannya dirinya bersama tokoh pemuda lainnya mempunyai keinginan agar setiap tahunnya saat musim kemarau dilaksanakan lomba karapan sapi tingkat Kampung.
“Kami memiliki inisiatif kedepan menggelar lomba karapan sapi tingkat Desa Banyuwulu. Dimana para pesertanya berasal dari dusun-dusun yang ada di Banyuwulu. Sehingga mereka penggemar sapi karapan terus bersemangat untuk memelihara sapi karapan,” pungkasnya.
Sekedar diketahui, Karapan sapi kali ini dilaksanakan di dusun Alaska berlokasi di ladang milik Pak Zainullah yang merupakan tokoh masyarakat sekitar penghobi Karapan sapi. Dimana ada puluhan pasang sapi yang dilepas dengan diikuti musik tradisional Ton Tong (Madura.red).
WanRois
Biro Bondowoso