GIANYAR, Jawara Post – Berbagai persiapan masih diselenggarakan di Puri Blahbatuh, untuk palebon penglingsir Puri Blahbatuh, I Gusti Ngurah Djelantik yang puncaknya akan digelar pada 18 Desember mendatang. Seperti pada Sabtu, Saniscara Wage Julungwangi (15/12) akan di gelar acara mapajati ring kahyangan.
Putra almarhum, A.A Ngurah Kakarsana, menerangkan berbagai rangkaian upacara untuk palebon penglisir Puri Blahbatuh generasi ke XXIV ini sudah digelar sejak beberapa Minggu lalu. Seperti upacara nuasen nanceb di areal Puri Blahbatuh yang digelar pada Sabtu, payung warigadean (8/12). “Setelah parum dengan keluarga beras Puri Blahbatuh, kami langsung menggelar berbagai persiapan upacara palebon,” ucapnya.
Rangkaian upacara palebon ini, juga sudah digelar upacara nyuci dengan mengambil lokasi di Griya Kekeran. Selanjutnya pada Anggara, Kliwon Julungwangi (11/12) dilaksanakan upacara ngaturan pada di Pura Gedong dan Merajam Beji.
Keesokan harinya upacara dilanjutkan dengan upacara Nunas Toya Hening. “Nah saniscara (Sabtu, red) kami menggelar upacara Mapajati Ring Kahyangan, Nyalon, Munggah Ring Jangga Waru, upacara ini dipuput Ida Pedanda Putu Gunung,” jelasnya.
Keesokan harinya juga akan digelar upacara Munas Toya hening penebusan di Beji Puri Ageng Blahbatuh. Selanjutnya pada Soma, Pon, Sungsang (17/12) akan digelar upacara pemerasan puja pralina di Puri Ageng Blahbatuh.
Memasuki puncak palebon pada Anggara paving Sungsang (18/12), akan diawali dengan masudha bumi di areal setra Blahbatuh, mlaspas pakoleman di perempatan Agung Blahbatuh dengan dipuput Ida Pedanda Putu Gunung. Hingga memasuki Selasa siang akan dilaksanakan prosesi palebon dengan mengusung jenazah menggunakan sade dengan ketinggian 24 meter menuju Setra Ageng Blahbatuh.
Usai prosesi tersebut, langsung dirangkai dengan dengan upacara nganyut ke Pantai Saba.
Sementara itu, pengerjaan bade sudah hampir rampung 100 persen. Uniknya bade ini tidak menggunakan tumpang. “Bade ini tidak pakai tumpang, karena padma negara, seperti padmasana tapi mekereb, ” ucapnya.
Diungkapkan saat hari H, Bade dengan bobot sekitar 15 ton ini akan diusung dari Puri Blahbatuh ke arah barat menuju Setra Ageng Blahbatuh. Mengusung Bade itu akan dibagi dalam 10 etape.
Untuk satu kali etape akan diusung oleh 300 krama. “Sehingga akan ada sekitar 3000 Krama yang ikut mengusung Bade menuju Setra Ageng Blahbatuh, ” ucapnya.
Ribuam Krama ini berasal dari 12 Banjar. Rinciannya 8 banjar diantaranya ada di Desa Blahbatuh, sementara sisanya seperti Banjar Blangsinga, Bona dan lainnya. “Selain Bade, krama juga akan dibagi dalam mengusung lembu menuju setra,” ucapnya.
Agung Kakarsana mengakui palebon seperti ini kemungkinan akan menjadi daya tarik wisata, terlebih Puri Blahbatuh saat ini sudah dibuka untuk wisata. “Memang ada sejumlah asosiasi pariwisata yang menanyakan, dan sudah kita sampaikan rangkaian acaranya,” ucapnya.
Agung Kakarsana sendiri menegaskan dalam penyelenggaraan palebon ini, pihaknya hanya menjalankan tradisi untuk penglisir Puri Blahbatuh yang meninggal. “Kami hanya berupaya menjalankan tradisi, sebagai persembahan terkahir untuk almarhum,” tandasnya.
Manik Astajaya