JAWATENGAH, Jawara Post —Kisah miris dampak Pilkades mencuat di Desa Hadiluwih, Kecamatan Sumberlawang, Sragen. Hanya gara-gara dituduh beda pilihan, seorang janda di Dukuh Jetak RT 13, desa itu diboikot oleh warga lingkungannya.
Acara hajatan yang digelar oleh ibu bernama Suhartini (50) itu pun dilarang didatangi oleh warga sekitarnya. Bahkan karena tak ada warga yang mau datang untuk rewang (membantu), panitia terpaksa harus berjibaku mencari bantuan pemuda di lain dukuh untuk membantu menjadi penyaji tamu undangan.
Insiden memilukan itu dialami Tini yang menggelar hajatan menikahkan anaknya Rabu (16/10/2019) hari ini. Menurut penuturan warga setempat, aksi boikot itu sudah terlihat sejak malam pembuatan undangan atau dalam istilah jawa klumpukan ulem sepekan lalu.
Acara yang biasanya dihadiri oleh sekitar 400-500 warga sekitar itu, mendadak sepi dari warga.
“Sejak klumpukan ulem kemarin sudah diboikot. Info yang beredar, saat itu warga yang mau datang dihalang-halangi oleh seorang oknum tokoh di dukuh itu dan melarang nggak boleh datang ke hajatan Bu Tini. Ada yang sudah jalan ke rumah Bu Tini, dibengoki (diteriaki) agar balik saja dan nggak usah datang.
Akhirnya sebagian besar juga takut dan nggak jadi datang. Kasihan Mas, pas uleman kemarim yang datang nggak ada 100 orang. Padahal biasanya pas uleman itu warga yang datang sampai 400-500 orang dari tetangga sekitar,” papar Yan, salah satu warga setempat, kepada Joglosemarnews.com, Rabu (16/10/2019).
Aksi boikot itu terjadi diduga akibat adanya intervensi dari salah satu oknum tokoh di kebayanan wilayah Bu Tini yang menghardik warga dan melarang untuk datang. Oknum itu diketahui adalah pendukung salah satu calon kades yang gagal pada Pilkades 26 September lalu.
“Kami juga dengar kalau dia sudah muter dan bilang nggak usah datang ke hajatan Bu Tini. Pokoknya pakai ilmu titenono gitu. Indikasinya gara-gara beda pilihan di Pilkades kemarin,” timpal So, warga lainnya.
Lebih lanjut, Yan menuturkan akibat aksi boikot itu, sejak uleman hingga hari H hajatan tadi pagi sampai malam ini, lokasi hajatan rumah Bu Tini memang sepi.
Selain kerabatnya, hanya ada beberapa warga dekat dan yang merasa iba saja yang mau hadir ke hajatan.
Bahkan, banyak kursi masih terlihat kosong dari siang sejak malam ini. Hajatan digelar sehari semalam dengan hiburan karawitan atau klenengan.
“Malam midodareni kemarin yang ada hanya beberapa gelintir orang saja. Kalau nggak ada dari pengiring calon pengantin, mungkin nggak ada orang. Kasihan Mas melihatnya,” tutur Yan.
Aksi boikot itu kebanyakan dimotori oleh orang tua. Namun kemudian sebagian pemuda juga ikut-ikutan. Akibatnya panitia pun terpaksa harus berkeliling mencari bantuan door to door pemuda di dukuh tetangga untuk membantu di hajatan.
Ia mengaku terpaksa angkat bicara lantaran prihatin dengan sikap tokoh dan warga yang tega memboikot warganya hanya karena beda pilihan.
“Kami terus terang prihatin. Bukan kami ingin membela siapa-siapa, tapi ini contoh buruk demokrasi yang harusnya tak perlu terjadi. Harapan kami pihak pemerintah atau yang terkait segera turun tangan mengatasi persoalan ini. Jangan biarkan kerukunan terpecah hanya karena intervensi oknum yang terbutakan oleh kepentingan Pilkades. Bayangkan kalau itu menimpa keluarga mereka, apa mereka juga nggak susah,” tukasnya.
Akibat aksi boikot itu, Bu Tini dan keluarga juga terlihat bersedih. Terlebih, aksi boikot itu dilakukan terhadap seorang janda yang notabene hanya hidup dan memenuhi kebutuhan keluarganya sendirian.
Terpisah, Camat Sumberlawang Heru Susanto mengaku belum menerima laporan soal dugaan pemboikotan hajatan warga dampak Pilkades di Hadiluwih itu. Pihaknya akan segera menindaklanjuti dengan mengkroscek pihak desa dan melakukan pembinaan.
“Nanti segera kami tindaklanjuti. Kita akan cek ke lapangan. Kalau memang benar kami minta kesadaran warga untuk bisa kembali bersatu. Perbedaan dalam demokrasi adalah hal yang wajar tapi kerukunan harus tetap dijaga,” paparnya dihubungi Joglosemarnews.com.
Wardoyo/Jp
.