PT JAWARA POS GRUP

SELAMAT & SUKSES RI 1

NTB : Keluarga Nurdin Sesalkan Tindakan Petugas Rapid tes

BIMAJawara Post-Keluarga pasien reaktif rapid test asal Desa Boro Kecamatan Sanggar geram dengan tindakan petugas medis Puskemas setempat. Para petugas yang berjumlah belasan orang itu mendatangi rumah keluarga pasien tanpa pemberitahuan lebih awal.

Keluarga pasien sempat emosi karena tiba-tiba didatangi petugas. Bahkan mereka menilai tindakan petugas medis seolah-olah seperti menangkap penjahat. “Kami bukan tidak ingin dirapid test. Tapi, tidak begini caranya,” sesal Nurdin, orang tua AD, pasien reaktif rapid test.

Nurdin bersama istri dan dua anak kembarnya menjadi sasaran tracking contack petugas. Setelah salah satu dari anggota keluarga mereka, AD dinyatakan reaktif rapid test di RS Sondosia, Kamis (9/7) lalu.

AD menjalani rapid tes di RS Sondosia sebagai syarat bagi pelaku perjalanan. Karena saat itu AD ingin bepergian ke Makassar. Selasa (14/7), pasca AD dinyatakan reaktif rapid test, petugas Puskesmas Sanggar melakukan tracking contack.

Sebanyak 16 orang petugas dengan APD lengkap mendatangi rumah keluarga AD untuk dirapid test. Termasuk diantaranya, Babinsa, Bhabinkamtibmas, Kepala Desa Boro Zainal Arifin dan Kepala Puskesmas Sanggar.

Kadatangan petugas tersebut justru membuat pihak keluarga geram. Sebagai kepala keluarga, Nurdin menyayangkan tindakan petugas. Setidaknya dia berharap ada pemberitahuan awal dari petugas. Baik melalui surat atau via handphone.

“Orang yang melanggar hukum saja baru akan dijemput paksa setelah tidak mengindahkan tiga kali pemanggilan. Kita yang tidak tahu apa-apa, justru diperlakukan seperti penjahat,” protes Nurdin.

Tidak hanya itu, Nurdin juga menyesalkan tindakan petugas usai pengambilan sampel darah pada istri dan dua anak kembarnya. Apalagi usai pengambilan sampel darah tersebut, dua anaknya tampak lemas.

“Jangankan susu atau telur, air putih saja tidak diberikan. Dimana hati nurani mereka,” keluhnya.

Di sisi lain, dia juga mendapat kabar bahwa anaknya yang dikarantina tidak diperlakukan dengan baik. Tempat karantina yang seharusnya menyehatkan pasien, tapi jauh dari kata layak. WC tidak berfungsi, jendela ruangan tidak dipasangi gorden, hingga sabun cuci tangan pun tidak disiapkan.

“Yang jelas saya tidak tinggal diam dengan persoalan ini. Saya akan mengirimkan surat keberatan pada Kemenkes dan Komnas HAM,” tegas Nurdin.

Kondisi ruang karantina tersebut dikeluhkan AD. Mahasiswi di salah satu universitas di Makasar ini mengaku selama menjalani karantina merasa ketakutan.

“Dua hari pertama saya sendirian di ruangan. Mana jendelanya tidak punya gorden. Kalau tidur saya tutupi pakai sajadah,” tutur AD, via telpon, Jumat (17/7).

Dia tidak menampik dengan pelayanan petugas kesehatan di RS setempat. Terutama konsumsi, tetap rutin tiga kali sehari. Hanya saja, dia mengeluhkan WC dalam ruangan isolasi buntu. Begitupun pelengkapan mandi, seperti sabun untuk cuci tangan tidak disiapkan.  “Kalau mau buang air kita ke WC di luar ruangan. Kadang WC itu juga dipakai  keluarga pasien lain,” tutur AD.

Selama karantina dia mengaku sudah menjalani tes Swab dua kali. Pertama pada Kamis sore (9/7) dan kedua pada  Selasa (14/7). Namun, hasil dua kali Swab tersebut, hingga kini belum diketahui. “Saya baru seminggu di karantina. Ada juga yang lain sudah 11 hari, tapi hasil swabnya belum juga keluar,” sebutnya.

Sementara Kades Boro Zainal Arifin mengakui tidak ada pemberitahuan awal dari petugas saat mendatangi rumah keluarga Nurdin. Dia juga tidak menduga kejadiannya bakal seperti ini. “Tindakan ini berlaku secara umum. Karena biasanya, ketika ada salah satu dari pihak keluarga yang reaktif, maka keluarga yang kontak dengan pasien harus dirapid test,” jelas Zaina Arifin via HP, Jumat (17/7).

Zainal mengaku, ikut bersama petugas karena ditelpon bidan desa. Sempat terjadi penolakan dari Nurdin dengan kehadiran petugas. Apalagi bidan dan beberapa petugas puskesmas yang turun adalah mantan siswanya di SMAN 1 Sanggar. “Nurdin sampai menanyakan surat perintah pada petugas Puskesmas maupun Babinsa dan Babinkantibmas,” katanya.

Namun pada akhirnya kata dia, Nurdin bisa menerima kehadiran petugas, bahkan sempat kelakar. Kendati Nurdin sendiri menolak untuk dirapid test. “Alhamdulilah, hasil rapid test isteri dan dua anak kembarnya negatif,” pungkasnya.

Riwansyah

 



Menyingkap Tabir Menguak Fakta