KALIMANTAN, Jawara Post – Kebakaran hutan dan lahan ( Karhutla) di Sumatera dan Kalimantan mengakibatkan kabut asap di sejumlah daerah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) mencatat (7/9/2019) ada sejumlah titik api atau hotspot kategori sedang dan tinggi di enam provinsi prioritas meliputi; Riau (201 titik api), Jambi (84 titik api), Sumatera Selatan (126 titik), Kalimantan Barat (660 titik), Kalimantan Tengah (482 titik) dan Kalimantan Selatan (46 titik).
Tidak hanya dampak jangka pendek seperti gangguan pandangan, gangguan kesehatan, atau ditundanya beberapa penerbangan dan diliburkannya beberapa sekolah dan kampus, karhutla dikhawatirkan memberi dampak jangka panjang terkait hutan dan pohon yang terbakar. DI Riau saja, tercatat 6 ribu hektar lebih hutan dan pepohonan terbakar. Padahal pohon memiliki fungsi untuk mengurangi pemanasan global. Sumber belajar dan pembiayaan
“Menanam pohon merupakan cara paling efektif mengurangi pemanasan global. Semakin banyak pohon yang ditanam, semakin banyak karbon dioksida yang diserap dan semakin banyak produksi oksigen,” ujar Agus Suparmanto, Kepala Sekolah SMPN 04 Tenggarong, Kalimantan Timur (17/9/2019).
Terkait hal itu, Agus menginisiasi siswa, orangtua dan warga sekolah menggelar aksi menanam minimal satu pohon di sekolah kami. Selain program pengurangan pemanasan global, kegiatan ini bertujuan juga agar sekolah semakin asri dan nyaman, memiliki lebih banyak sumber-sumber belajar dan sumber pembiayaan untuk kegiatan sekolah.
“Setelah ikut pelatihan Program PINTAR bersama Tanoto Foundation, Kemenag dan Dinas Pendidikan, kami berupaya lebih intens untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam segala aspek. Peran serta masyarakat yang besar akan mempercepat pengembangan sekolah ini ” ujar pak Agus menerangkan latar belakang kegiatan ini.
“Untuk program ini, awalnya kami rapat bersama orang tua siswa baru yang tergabung dalam paguyuban kelas. Dalam curah pendapat yang kami lakukan, para orang tua ingin terlibat dalam semua kegiatan di sekolah. Salah satunya dalam pengelolaan lingkungan sekolah,” cerita Agus.
Akhirnya, disepakati semua warga sekolah baik orangtua, siswa dan pendidik akan menanam minimal satu pohon di sekolah. Aksi nyata penghijauan Program penanaman pohon dilaksanakan dalam 2 tahap pada 17 dan 30 September 2019. Sebagai awalan, semua orangtua siswa kelas satu yang berjumlah 80 orang berkumpul dan menanam pohon di lahan di sekolah.
Kebetulan sekolah memiliki lahan yang luasnya mencapai dua hektar. Bibit-bibit pohon terdiri dari rambutan, mangga, durian, cempedak, kelapa, jambu air, jambu biji, blimbing, klengkeng, jeruk dan petai ramai-ramai ditanam di sebagian lahan tersebut.
Masing-masing pohon kemudian diberi nama siswa dengan kertas yang dilaminating. Tanda itu menunjukkan siapa yang bertanggung jawab untuk merawatnya. “Program ini juga akan berkontribusi terhadap produksi oksigen di sekeliling sekolah, sehingga anak-anak bermain dan berolahraga tidak akan kekurangan supply oksigen. Hasil buah-buahannya nanti juga bisa dijual untuk membiayai kegiatan pembelajaran di sekolah,” ujar Sugiono wali kelas satu SMP 4 Tenggarong.
“Apalagi sekarang banyak kebakaran hutan yang mengurangi jumlah pohon penyerap karbon dioksida. Apabila semua sekolah melaksanakan penghijauan dan pohon yang ditanam sampai berjumlah ribuan bahkan ratusan, akan ikut secara signifikan mengurangi pemanasan global,” tambah Sugiono.
Agus berencana kelak pada hari-hari tertentu, sekolah akan mengadakan program makan sehat bersama. “Untuk mengakrabkan warga sekolah, suatu saat kita akan mengadakan kegiatan makan sehat bersama, salah satunya adalah buah-buahan yang dihasilkan di kebun sekolah ini,” ujarnya.
Keterlibatan orangtua di sekolah Harti Ketua Paguyupan orangtua kelas 8B senang bisa berpartisipasi menanam pohon. “Andai anak saya tidak sempat memanen buah ini, mungkin nanti yang memanen adalah cucu saya,” ujarnya.
Antusiasme yang sama juga diungkapkan Farida Astuti Ketua Paguyupan kelas 9 A, “Satu tanaman buah yang saya tanam ini adalah sebagai bukti saya sebagai warga atau keluarga besar SMPN 4 Tenggarong”.
Selain terlibat dalam kegiatan ini, orang tua siswa di SMPN 4 Tenggarong juga terlibat dalam banyak program dan kegiatan sekolah yang lain. Mereka terlibat dalam program peningkatan budaya baca di sekolah dengan menyumbangkan buku-buku dan ikut mengawasi dan mendorong siswa membaca. Mereka juga menyumbang untuk pengembangan fasilitas sekolah, kerja bakti dan lain-lain.
“Semuanya berbasis kesukarelaan. Kami tidak menentukan jumlah dan kapan waktunya. Kami intens diskusi tentang kebutuhan-kebutuhan siswa dan sekolah lewat grup whats app yang kami bentuk untuk tiap-tiap paguyuban kelas. Lewat cara ini kami berusaha selalu terbuka dan akuntabel dengan orang tua siswa,” tutup Agus.
Yohanes