Selain sebagai Desa dan Kecamatan yang ada di Kabupaten Situbondo, Besuki juga punya sejarah sebagai Karesidenan dimana Situbondo, Bondowoso, Jember, dan Banyuwangi pernah masuk dalam wilayah administrasinya.
Pada masa Karesidenan, Besuki adalah pusat pemerintahan, perekonomian, dan perdagangan. Karena itu pula, sejarah mencatat bahwa Besuki sempat menjadi tempat singgah dan pertemuan antar saudagar dari mancanagera untuk melakukan transaksi jual beli.
Diantara para saudagar tersebut ada yang menetap dan akhirnya menjadi warga Besuki. Itulah kenapa di masa sekarang warga masyarakat Besuki terdiri dari berbagai macam etnis dengan budaya yang beragam pula.
Yang menarik adalah ketika Desa Besuki mengadakan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) di tahun 2013 . Husamah Bahres yang berdarah Arab menjadi salah satu calon yang diunggulkan. Kehadiran Husamah menarik perhatian karena sebelumnya tidak pernah ada calon dengan latar belakang etnis selain Madura dan Jawa. Yang lebih mengagetkan, Husamah berhasil menang dan ditetapkan sebagai Kades Besuki periode 2013 – 2019.
Nyatanya, selama Husamah memimpin, hampir tak ada gejolak berarti yang berkaitan dengan latar belakangnya. Ini menunjukkan bahwa Besuki tak membedakan latar belakang etnis dan budaya. Kepiawaian dan kesungguhan Husamah memimpin membuat roda pemerintahan berjalan lancar. Kehidupan warga yang multi etnis dan multi kultur pun tetap terjaga kerukunannya.
Satu hal yang menurut warga Besuki menjadi kelebihan Husamah adalah kegemarannya mendatangi dan menyentuh warganya secara langsung baik ke rumah-rumah, warung kopi, atau ke tempat-tempat lain dimana warganya biasa berkumpul.
Dengan langsung turun ke tengah masyarakat, menurut Husamah, dia bisa mendengar sendiri secara langsung keluhan-keluhan warganya untuk kemudian segera dibuatkan solusi pemecahannya dengan tepat sasaran. Dan masalah bisa cepat teratasi.
Selain itu Husamah juga sangat membuka dalam hal komunikasi. Nomer HP-nya dibagi-bagikan kepada siapapun yang membutuhkan. Kapanpun dan di manapun masyarakat butuh kehadiran dan pelayanannya, Husamah selalu siap datang melayani jika memungkinkan.
Satu hal penting lagi yang dilakukan Husamah dan sepertinya belum tampak dilakukan Kades lainnya adalah menggratiskan semua biaya administrasi terkait layanan masyarakat. Ia mensosialisasikan program tersebut secara terbuka kepada warganya baik secara langsung juga dengan cara memampang banner besar bertuliskan layanan gratis di depan kantor Desa Besuki.
Kepiawaian dan kesuksesan Husamah memimpin Besuki rupanya juga diapresiasi oleh Kades lain dengan mengangkatnya sebagai koordinator Kepala Desa se-kabupaten Situbondo. Dengan tanggung jawab itu, Husamah bisa melakukan koordinasi yang baik dengan rekan-rekannya sesama Kades, terutama ketika ada program bersama dan saat ada masalah antar warga Desa. Dalam kapasitas itu pun ia banyak dipuji, baik oleh sesama Kades juga oleh beberapa pejabat daerah.
Banyak kalangan mengakui bahwa di bawah kepemimpinan Husamah, Desa Besuki menjadi lebih hidup dengan beragam kegiatan yang melibatkan warganya yang multi etnis dan beragam budaya.
Acara agustusan misalnya. Kegiatan tahunan rakyat yang biasanya hanya diadakan alakadarnya itu, beberapa tahun terakhir menjadi semakin menarik dan meriah dengan berbagai macam pelaksanaan lomba dan kegiatan lain.
Begitu pula dengan hal lain seperti kesehatan dan gotong royong, dan terutama kinerja aparatur desa. Dalam hal kesehatan, Husamah menyediakan kendaraan khusus untuk antar jemput warganya yang sakit dan hendak berobat ke Puskesmas atau Rumah Sakit. Kendaraan tersebut setiap harinya terparkir di Kantor Desa dan selalu siaga jika sewaktu-waktu dibutuhkan.
Sementara terkait gotong royong, Husamah menetapkan agenda rutin bersih-bersih desa yang harus dipelopori oleh aparat desa bersama-sama dengan warga. Kegiatan ini selain dapat membersihkan desa juga mampu mempererat tali silaturahmi dan gotong royong antar sesama warga dan pihak desa.
Soal kinerja aparaturnya, Husamah menekankan disiplin yang luar biasa. Ia tidak akan kompromi kepada bawahannya yang pulang atau keluar kantor tanpa alasan jelas pada jam-jam kerja. Yang melanggar didenda. Sebaliknya, apresiasi diberikan pada yang berprestasi berupa reward atau hadiah yang kadangkala diambil dari kantong pribadi Husamah sendiri.
Cerita Husamah Bahres yang berdarah Arab sebagai Kepala Desa Besuki dengan segenap gaya kepemimpinan dan prestasi kerjanya itu seperti cerita tersendiri yang turut melegitimasi bahwa Besuki sebagai suatu daerah yang meski memiliki etnis dan budaya yang beragam, namun semua itu tak jadi masalah yang berarti, karena nyatanya, semua bisa hidup bersama dengan damai dan harmonis.
IF/Redaksi