MAKASAR,Jawara Post — Salah satu kegiatan lomba seni tari yang diselenggarakan oleh Sangdipa (Sanggar STIMIK Dipanegara) dimana adanya salah satu peserta siswa dari SMK Telkom Makassar yang melakukan tarian dan menaiki gendang adat makassar saat itu menuai sorotan dari pemerhati seni
Ketua Lembaga Kesenian A’bulosibatang Sulsel, Supri Dg. Mattawang menyayangkan adanya atraksi tersebut,
Menurutnya Gendang yang diinjak itu adalah gendang adat makassar sebagai simbol kebesaran adat Makassar yang manakala selalu di sakralkan.
Ini mereka menginjak nya dan sangat terpukul dan menodai kami selaku penggiat dan pelestari seni adat dan budaya makassar.ujarnya kemedia ini, Jumat, (28/06/2019)
Dia Mattawang, menjelaskan awalnya Saya melihat postingan para teman teman dan di Facebook, saya miris juga melihat gambar yang tertera dan video dalam acara lomba tari yang di selenggarakan Sangdipa.
Dimana saya menangkap beberapa hal yg mungkin dialami oleh sang koreografer pada saat itu.
Dia (koreografer) tidak memiliki pengetahuan tentang apa yang sedang dilakukannya, tidak memiliki link atau koneksi ke para pekerja,pengamat seni lainnya,adalah penganut kebebasan berekspresi. beber Supriadi
Nah, yang menjadi pertanyaan saya adalah, Apakah sang koreografer faham akan nilai luhur budaya di Sulsel, Proses pengkaryaan anda (koreografer), berapa lama, hingga tidak mampu mengoreksi sesuatu yg sangat jelas Tidak Beradab itu.?
Apakah koreografer masih dapat memilah arti sebuah ekspresi, saya selaku Ketua Lembaga kesenian A’bulosibatang sul-sel sangat tidak setuju dengan hal ini.
“Jika koreografer memilih jalur ekspresi bebas, tolong jangan menyentuh wilayah budaya atau tradisional.”pintanya
Jika koreografer ingin memilih jalur budaya atau tradisional, saran saya untuk anda harus banyak berproses sebelum menginjak panggung (sekecil) apapun itu.
“Massing sipakaingakki naki massing sipakala’biri’ ri paranta pare,(mari kita saling mengingatkan dan saling menghargai serta menghormati sesama).”akunya Supri
Untuk itu kami meminta kepada para pelaku maupun sekolah SMK Telkom agar memberikan penjelasan apa maksud dan tujuan sehingga di lakukan hal seperti itu.? bahkan seluruh pengiat kesenian adat dan budaya mengecam perbuatan ini.
Diketahui bahwa kegiatan yang dilakukan oleh Sangdipa Sanggar STIMIK Dipanegara Kota Makassar Pada tanggal, (24/06) kemarin, dimana salahsatu siswa ada yang naik menginjak gendang tradisional tersebut sempat viral di sosmed, dan dilakukan yang konon adalah gendang yang sarat disakralkan alias diritualkan sebelum dibuat satu buah gendang.“Adapun permohonan maaf yang disampaikan oleh salahsatu penanggung jawab kegiatan mengatakan dan disampaikan kepada seluruh warga masyarakat Sulsel, Kami sampaikan bahwa akan kami lakukan permohonan maaf dan akan segera mengklarifikasi secara terbuka oleh siswa yang bersangkutan siang ini dilokasi kegiatan lomba tari di Sangdipa STIMIK Dipanegara Makassar.” demikian tulisan dalam salahsatu group dikirim kemedia ini.
Sementara salahsatu Panitia peserta yang dikonfirmasi, Muh. Sabri mengatakan sudah ketahui dan sempat mendiskualifikasi (gugurkan) peserta tersebut
“Kalau kita panitia kami sudah tahu adat disini dan itu tidak boleh diinjak (gendang tradisionalnya-red) makanya kami langsung gugurkan dan kami tahu pada saat itu langsung viral dan sudah beberapa media datang klarifilasi kekami.”
Memang betul itu tidak bisa dilakukan karena itu beberapa media sudah temui kami tapi kami arahkan kepihak pelaku yakni ke SMK Telkom
“Kami arahkan ke SMK Telkom kala itu untuk bicara sama kreografernya, mereka dapat referensi dari mana, karena beberapa teman teman dapat reverensi dari youtube dilarangnya melakukan hal tersebut. paparnya Muh Sabri yang juga Sekretaris Produksi itu.” ujarnya pada awak media.
har/dins/red