Bali, Jawara Post
Selalu ada yang spesial, setiap pelepasan siswa di SMPN 2 Amlapura. Kekuatan sastra di sekolah ini amat kuat. Maka, setiap momen seperti ini acaranya penuh kreativitas dan filosofi yang dalam.
Dari seluruh acara hiburan yang padat dari pagi sampai siang, Senin (18/6), drama tari Jayaprana dan Layonsari, paling menarik perhatian. Kisah cerita rakyat Bali ini, ditampilkan dengan apik oleh pemerannya. Pementasannya pun menjadi lebih menarik bagi remaja, karena tampil dengan gaya kekinian.
Menjadi penonton drama tari ini, layaknya ada di zaman itu. Ratusan siswa yang awalnya ribut tak karuan, seketika fokus pada panggung di depannya. Mereka tak menyangka teman-teman sekolah mempersembahkan karya drama tari ini dengan total.
Sejak awal memasuki alur cerita, tak ada rasa canggung, dialog yang grogi atau ekspresi yang tak sesuai alur cerita. Semuanya mengalir, layaknya peristiwa yang terjadi pada zaman itu. “Persiapannya kurang dari sebulan,” kata Kepala SMPN 2 Amlapura, I Wayan Gede Suastika, S.Pd., M.Si.
Pemeran utama, kedua tokoh Jayaprana dan Layonsari, tampil bak sepasang kekasih yang penuh romantisme. Pemeran Layonsari, Karen, mampu tampil total di setiap adegannya. Tak ada kesan bahwa dia masih anak-anak dalam perannya itu.
Senang, sedih, menangis, hingga adegan bunuh diri, sebagai lambang kesetiaannya pada Jayaprana, mampu ia perankan dengan amat baik. Begitu pula dengan pemeran Jayaprana, sang Raja, Permaisuri, Mahapatih dan pengawal hingga pemeran pendukung lainnya juga melaksanakan perannya baik. “Dari pada aku menikah denganmu, lebih baik aku mati,” begitu akhir dialog Layonsari kepada Sang Raja yang hendak mempersuntingnya sebagai permaisuri raja, setelah kekasihnya Jayaprana, diceritakan terbunuh oleh Mahapatih atas perintah Sang Raja.
Akhir cerita Jayaprana dan Layonsari memang menjadi legenda sampai sekarang. Dari cerita inilah, muncul kisah-kisah inspiratif tentang kesetiaan sebuah hubungan, tanggung jawab dalam menjalankan tugas maupun harmonisasi dalam hidup. Tetapi, yang membuatnya menarik bagi remaja, adalah pendekatan pada dialognya.
Sebab, di dalam alur cerita ini, diselipkan dialog film remaja yang sedang viral, yakni Dilan 1990. Dialog tersebut diselipkan dalam adegan ketika Jayaprana ditugaskan Sang Raja pergi ke tengah hutan, melaksanakan tugas bersama Maha Patih, sebelum akhirnya dia dibunuh. “Jangan rindu, berat. Biar aku saja,” ucap pemeran Jayaprana, Agus Lanang Buda Sastrawan, kepada Layonsari yang tengah dirundung kesedihan mendalam, karena harus ditinggal tugas setelah menikah.
Kepala SMPN 2 Amlapura, nampak sangat puas dengan penampilan anak-anak kelas IX/1 ini. Tidak hanya puas melihat penampilan pemerannya, tetapi juga respons anak-anak dan undangan lainnya.
Cerita Jayaprana-Layonsari ini, menurutnya sangat relevan ditampilkan, karena sejalan dengan tema pelepasan siswa, yang mengutif ungkapan filsafat burung merpati, yakni “Merpati Tak Pernah Ingkar Janji”. “Di dalam cerita ini, ada pelajaran penting tentang kesetiaan, tanggung jawab, romantisme, tantangan, godaan, kebersamaan, harmoni hidup, dan kebebasan. Semoga anak-anakku seperti merpati yang tak pernah ingkar dengan janji edukasinya. Esok hari saya ingin pemerannya guru-guru,” ujar Suastika.
@agiarta