SITUBONDO, Jawara Post—Sebuah tenda besi permanen yang berada depan RSUD Besuki, ambruk kemarin. Beruntung tidak menelan korban jiwa, namun fisik konstruksi yang digarap oleh PT Gemilang Karya Berlian ini dinilai gagal konstruksi oleh Ketum LSM Pakar, M. Sahran, Selasa 29 Desember 2020.
Menurut M Sahran, sangat lucu dikala direktur RSUD Besuki berkilah bahwa itu dianggapanya biasa. Bahkan, Direktur RSUD Besuki pasang badan dengan mengandalkan pihak kejaksaan yang katanya masih akan menganalisa faktor cuaca.
“Ini sangat tidak logis pernyataan kepala rumah sakit, karena itu anggarannya cukup besar,” ucap Ketum LSM Pakar.
Kata dia, ketika tender diterima, paket proyek bernilai 2887817900.00 M tersebut sangat jelas struktur yang akan terlibat dalam penanganannya.
“Disitu ada konsultan, ada pengawas, ada kesepakatan desain yang saya yakin telah dipertimbangkan kekuatan dari konstruksi tersebut. Jadi lucu jika bangunan itu ambruk berkilah masih mau dievaluasi,” tandasnya.
Masih kata M. Sahran, pernyataan Direktur RSUD Besuki itu patut dicurigai. Dengan menyebut pihak kejaksaan tidak mempermaslahkan, itu ada apa.
Bahkan, pembiaran pihak inspektorat Situbondo, juga akan dinilai buruk oleh masyarakat. “Jangan – jangan ini hasil kongkalikong, sehingga sejumlah pihak berkilah,” tambahnya.
Sekadar diketahui, paket proyek perluasan IGD RSUD Besuki tahun anggaran 2020 yang salah satunya membangun tenda besi untuk lahan parkir, ambruk.
Diperkirakan ambruknya tenda permanen itu akibat guyuran hujan yang tidak begitu deras. Sejumlah kalangan menilai kalau proyek itu gagal konstruksi alias dikerjakan asal asalan.
Sementara, menurut Sandi H, Direktur RSUD Besuki, mengatakan bahwa pekerjaan itu belum selesai atau belum serah terima. Sehingga, ambruknya kanopi (tenda permane tersebut telah diperbaiki oleh pihak rekanan.
“Menurut pekerjanya, atap tenda kurang kencang, sehingga air hujan ngendon dan berakibat ambruk satu sisi,” jawabnya.
Mendapat konfirmasi itu, M Sahran bersikukuh bahwa sangat jelas pekerjaan itu nyata ambruk dan nyaris menelan korban. Bayangkan jika ada keluarga pasien dibawahnya.
“Apa kita harus menunggu ada korban, baru rame rame semua pihak menghakimi rekanan. Ini bukan zaman londo (belanda) bro, ini pemerintahan yang patuh aturan dan hukum,” pungkasnya.
Red JP