PT JAWARA POS GRUP

https://youtu.be/CWLTOcYw3hM
SELAMAT & SUKSES RI 1

Begini Cerita Dokter yang Terpapar Corona

RADAR JP,  Jawara Post– Terjun dan turun tangan langsung menangani pasien virus corona atau COVID-19, membuat petugas medis paling rentan terinfeksi. Hal ini, dialami oleh dokter bedah di sebuah rumah sakit di Wonogiri, Jawa Tengah, dr Sriyanto Sp B.

Melalui rilis yang diterima Jawara Post, dokter Sriyanto bercerita dirinya baru saja menyelesaikan masa isolasi. Bersama sang putra semata wayang, Sriyanto harus merasakan 12 hari “nikmatnya” ruang isolasi pada 18 – 30 November 2020.

“Alhamdulillah, saat ini kami berdua sudah sembuh dan dapat bernapas dengan lega. Bahkan saat ini kami sudah dapat beraktivitas seperti sedia kala. Saya ingin berbagi cerita beratnya perjuangan antara hidup dan mati pada masa isolasi. Sebuah pengalaman yang tak akan mungkin saya lupakan seumur hidup,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat 4 Desember 2020.

Sriyanto menjelaskan, pada 18 November 2020, hasil tes swab dia dan anaknya positif. Lalu, keduanya segera mengisolasi diri di RS Moewardi, Solo, Jawa Tengah.

“Saya dan anak saya mengalami kondisi demam dan batuk. Sepanjang perjalanan antara Wonogiri ke Solo, tubuh saya terus menggigil.

Kondisi ini diperparah karena keluarga besar kami sedang mendapatkan musibah. Ayah mertua saya yang juga dokter bedah sedang berada dalam ruangan ICU RS Karyadi Semarang karena positif COVID-19.

Usianya yang sudah 78 tahun, menjadikannya sangat rapuh menghadapi serangan virus ini. Sudah ada total 8 orang dari keluarga kami yang positif COVID-19,” lanjut dia.

Sesampainya di ruangan isolasi, kondisi Sriyanto tambah buruk dengan demam yang masih tinggi. Setiap hari dia menggigil kedinginan, bahkan setiap 6 jam sekali harus mengonsumsi obat pamol agar tidak menggigil akut.

“Di hari keempat masa isolasi, saya mulai batuk dengan badan terasa sakit semua. Ketika menerima telepon dari keluarga atau sahabat, batuk semakin parah, bahasa Jawanya batuk ‘ngekel’.

Setiap bergerak juga batuk seperti ketika salat yang banyak gerakan, dari ruku’ ke sujud, atau dari sujud ke berdiri, maka otomatis akan batuk. Saya sangat tersiksa dan rasanya sulit sekali untuk bernapas lega,” kata dia.

Di hari keenam isolasi, kondisi Sriyanto semakin parah. Saat itu, dia sudah tak bisa merasakan indra penciuman, bahkan tidak bisa mengunyah dengan baik. Meski sudah berusaha, namun Sriyanto tetap gagal mengunyah.

“Kerongkonganku terasa sangat sakit. Berkali-kali berusaha mengunyah nasi, tapi tak bisa sampai akhirnya saya muntahkan kembali nasi yang masih utuh itu.

Saya sampai protes ke bagian gizi rumah sakit. Saya marah karena merasa mereka tidak memasak nasi dengan benar.

Saya mengira koki Rumah sakit lalai. Saya keluarkan semua unek-unek ini untuk meminta penjelasan,” tuturnya.

Setelah mendapat penjelasan, Sriyanto merasa sangat kaget karena sebenarnya nasi tersebut lunak. Akhirnya, dia tersadar bahwa COVID-19 lah yang membuat dirinya seperti itu. Menurut Sriyanto, virus corona sudah mengganggu semua fungsi mulut dan tenggorokannya.

Redaksi



Menyingkap Tabir Menguak Fakta