Beda Pondok Modern, Pesantren SALAF (metode SALAFIYAH & Ponpes SALAFI (WAHABIYAH)
PESANTREN SALAF oleh : Ustad Teguh S
Pesanten Salaf adalah bentuk asli dari pesantren. Sejak pertama kali didirikan oleh Wali Songo, format pendidikan pesantren adalah bersistem salaf. Kata salaf berasal dari bahasa Arab السلف. Dari akar kata yang sama ada beberapa makna dari kata ‘salaf’ yang berbeda-beda.
Pengertian kata Salaf
Salaf dengan bentuk jamak aslaf (أَسْلُفٌ) dan suluf (سُلُوفٌ) bermakna kulit yang belum disamak atau samaknya tidak dianggap sah. Salaf bisa juga berarti wadah yang besar.
Salif (سَلِف) dengan bentuk jamak aslaf (أَسْلافٌ) bermakna kulit; ipar; yang lalu; sedikit; perbandingan.
Salaf (سَلَف) dengan bentuk jamak aslaf (أَسْلافٌ), sallaf (سُلاَّفٌ), suluf ( سُلُف ) bermakna setiap pendahulu yakni ayah, kakek, nenek moyang dan kerabat dalam segi usia dan keutamaan.
Salaf adalah setiap amal saleh yang dilakukan di masa lalu; atau apa yang telah lalu dari harga barang yang dijual. Dalam jual beli atau muamalah salaf berarti hutang yang tidak ada manfaatnya pada muqradh fih.
Salaf soleh adalah ayah, kakek, nenek moyang yang dihormati.
Salaf kholaf adalah generasi masa kini dan masa lalu.
Madzhab Salaf adalah madzhabnya kalangan ulama terdahulu.
Kata Salaf dalam istilah Pesantren
Kata salaf dalam pengeritan pesantren di Indonesia dapat dipahami dalam makna literal dan sekaligus terminologis khas Indonesia. Secara literal, kata salaf dalam istilah pesantren adalah kuno, klasik dan tradisional sebagai kebalikan dari pondok modern, kholaf atau ashriyah.
Secara terminologi sosiologis, pesantren salaf adalah sebuah pesantren yang mengajarkan ilmu-ilmu agama saja kepada para santri. Atau, kalau ada ilmu umum, maka itu diajarkan dalam porsi yang sangat sedikit. Umumnya, ilmu agama yang diajarkan meliputi Al-Quran, hadits, fikih, akidah, akhlak, sejarah Islam, faraidh (ilmu waris Islam), ilmu falak, ilmu hisab, dan lain-lain. Semua materi pelajaran yang dikaji memakai buku berbahasa Arab yang umum disebut dengan kitab kuning, kitab gundul, kitab klasik atau kitab turots.
Metode Belajar Mengajar
Metode belajar mengajar di pesantren salaf terbagi menjadi dua yaitu metode sorogan wetonan dan metode klasikal. Metode sorogan adalah sistem belajar mengajar di mana santri membaca kitab yang dikaji di depan ustadz atau kyai. Sedangkan sistem weton adalah kyai membaca kitab yang dikaji sedang santri menyimak, mendengarkan dan memberi makna pada kitab tersebut. Metode sorogan dan wethonan merupakan metode klasik dan paling tradisional yang ada sejak pertama kali lembaga pesantren didirikan dan masih tetap eksis dan dipakai sampai saat ini.
Adapun metode klasikal adalah metode sistem kelas yang tidak berbeda dengan sistem modern. Hanya saja bidang studi yang diajarkan mayoritas adalah keilmuan agama.
Ciri Khas Kultural dan Administratif
Ciri khas kultural yang terdapat dalam pesantren salaf yang tidak terdapat dalam pondok modern antara lain:
Santri lebih hormat dan santun kepada kyai, guru dan seniornya.
Santri senior tidak melakukan tindak kekerasan pada yuniornya. Hukuman atau sanksi yang dilakukan biasanya bersifat non-fisikal seperti dihukum mengaji atau menyapu atau mengepel, dll.
Dalam keseharian memakai sarung.
Berafiliasi kultural ke Nahdlatul Ulama (NU) dengan ciri khas seperti fikih bermadzhab Syafi’i, akidah tauhid Asy’ariyah Maturidiyah, tarawih 20 rakaat plus 3 rokaat witir pada bulan Ramadan, baca qunut pada shalat Subuh, membaca tahlil pada tiap malam Jum’at, peringatan Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj.
Sistem penerimaan tanpa seleksi. Setiap santri yang masuk langsung diterima. Sedangkan penempatan kelas sesuai dengan kemampuan dasar ilmu agama yang dimiliki sebelumnya.
Biaya masuk pesantren salaf umumnya jauh lebih murah dan tidak ada daftar ulang setiap tahunnya.
Infrastruktur lebih sederhana.
Ciri Khas Kualitas Keilmuan
Santri pesantren salaf memiliki kualitas keilmuan yang berbeda dengan santri pondok modern antara lain sebagai berikut:
Menguasai kitab kuning atau literatur klasik Islam dalam bahasa Arab dalam berbagai disiplin ilmu agama.
Menguasai ilmu gramatika bahasa Arab atau Nahwu, Sharaf, balaghah (maany, bayan, badi’), dan mantiq secara mendalam karena ilmu-ilmu tersebut dipelajari serius dan menempati porsi cukup besar dalam kurikulum pesantren salaf di samping fikih madzhab Syafi’i.
Dalam memahami kitab bahasa Arab santri salaf memakai sistem makna gandul dan makna terjemahan bebas sekaligus.
PONDOK MODERN
Pondok modern adalah anti-tesa dari pesantren salaf. Sistem ini dipopulerkan pertama kali oleh Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo yang kemudian diduplikasi di pesantren lain yang memakai label modern. Pondok Modern disebut juga dengan pesantren kholaf (modern) sebagai akronim dari salaf atau ashriyah.
Metode Belajar Mengajar
Umumnya memakai ssitem klasikal.
Ilmu umum dan agama sama-sama dipelajari.
Penekanan pada bahasa asing Arab dan Inggris percakapan.
Penguasaan kitab kuning kurang.
Sebagian memakai kurikulum sendiri seperti Gontor. Sedangkan sebagian yang lain memakai kurikulum pemerintah.
Ciri Khas Kultural dan Administratif
Lebih disiplin dan lebih agresif.
Mirip dengan sistem militer, santri senior mendominasi. Kekerasan menjadi budaya dalam memberi sanksi pada santri yunior.
Sopan santun agak kurang.
Pendaftaran dengan sistem seleksi sehingga tidak semua calon santri diterima.
Biaya masuk umumnya lebih tinggi dari pesantren salaf.
Ada daftar ulang setiap tahun layaknya sistem administrasi di sekolah.
Kualitas Keilmuan
Pintar berbahasa Arab percakapan tapi kurang dalam kemampuan kitab kuning.
Kemampuan membaca kitab gundul kurang.
Kemampuan dalam ilmu fikih kurang.
PESANTREN SALAFI
Sedangkan Pesantren Salafi berbeda jauh dengan pesantren salaf (tanpa ‘i’). Keduanya berbeda jauh bagaikan langit dan bumi. Pesantren Salafi adalah pesantren yang akidahnya menganut idelogi Wahabi Arab Saudi atau Yaman yang radikal. Akan tetapi mereka lebih suka menyebut dirinya dengan Pesantren Salafi, bukan Pesantren Wahabi. Atau, Salafi Wahabi.
Kalau pesantren salaf lebih terkait dengan metode pendidikan yang berada di sebuah pesantren, sedangkan Pesantren Salafi lebih bermakna sebuah pesantren yang berideologi Wahabi atau Wahabi Salafi.
Akidah Pesantren Salafi
Akidah pesantren Salafi Wahabi sama dengan akidah gerakan Wahabi itu sendiri yang ciri khasnya sebagai berikut:
Doktrin tauhid sebagaimana yang diajarkan oleh Muhammad bin Abdul Wahab, pendiri Wahabi yang mengambil inspirasi dari Ibnu Taimiyah.
Dalam bidang fikih merujuk pada madzhab Hambali. Yang salah satu ciri khasnya yang menonjol adalah tidak ada qunut waktu shalat subuh, dan tidak najisnya kotoran hewan.
Dalam persoalan hukum baru, mereka merujuk pada pandangan ulama fikih kontemporer mereka yaitu Abdullah bin Baz dan Ibnu Uthaimin.
Menyebarkan ajaran kemurnian Islam seperti era Salafus Sholeh dan mengeritik keras praktik umat Islam yang dianggap tidak murni dengan label bid’ah, syirik, kufur.
Praktik yang dianggap bid’ah dan syirik oleh Wahabi antara lain tahlil, ziarah kubur, peringatan Maulid Nabi, peringatan Isra’ Mi’raj, peringatan 1 Muharam.
Menolak kritik dari luar dan menyebut pengeritiknya sebagai Syiah Rafidhah atau konspirasi Zionisme Yahudi atau Freemason.
Ada dua tipe Salafi Wahabi yaitu Wahabi Arab Saudi dan Wahabi Yaman.
Wahabi Arab Saudi cenderung pro pemerintah yang berkuasa sedang Wahabi Yaman cenderung anti-pemerintah dan lebih radikal. Kelompok teroris banyak berasal dari didikan Salafi Yaman ini di bawah pimpinan Muqbil Al-Wadi’iy.