Padahal, kemampuan berpikir kritis dan keberanian untuk angkat bicara sangat dibutuhkan ketika kamu sudah lulus sekolah dan bergelut ke dunia kerja. Untuk berbicara dengan klien, presentasi ide dan proyek, menyelesaikan masalah dengan kolega di kantor, hingga membicarakan gaji, kamu harus punya kemampuan negosiasi yang mencukupi.
Hanya dengan berpartisipasi di berbagai organisasi dan kepanitiaanlah kemampuan negosiasimu bisa dilatih. Dengan ini, kamu didorong untuk bekerja sama dengan orang lain, mencari pola kerja yang paling baik untukmu dan mereka. Kamu juga akan ditantang dengan mencari dana pembiayaan proyek organisasimu, yang tentu menuntutmu untuk bernegosiasi dengan meyakinkan di hadapan calon sponsor. Keahlian ini tak bisa didapatkan hanya dengan mendongak ke papan tulis dan mencatat pelajaran, bukan?
2. Dunia di luar sana tak selamanya aman. Namun sekolah jarang sekali mengajarkan ilmu bela diri
Membela diri adalah bagian tak terpisahkan dalam hidup, karena hidup ini tak selamanya aman. Apalagi melihat hebohnya begal akhir-akhir ini.
Setiap orang harus mengetahui bagaimana cara membela diri, walaupun itu hanya dasar-dasarnya saja. Bukan berarti mengajarkan kekerasan, lebih kepada memastikan kamu tahu apa yang harus dilakukan ketika situasi sedang tidak aman. Indonesia punya pencak silat sebagai olahraga bela diri. Kenapa tidak pernah ada sekolah yang mencoba mengajarkannya dalam kurikulum?
3. Kemampuan bersosialisasi juga hanya bisa kamu dapatkan di luar kelas. Karena di dalam kelas, kamu bahkan tak boleh mengobrol jika tak ingin dibilang nakal
Kamu pasti senang, dong, ketika mengatur isi profil di Facebook? Menulis apa hobi kamu, dan apa saja kesukaanmu. Itu membuktikan bahwa hidup mengajarkanmu untuk membentuk identitasmu sendiri untuk menyiapkan dirimu agar mampu untuk bersosialisasi. Jawara PostDi manapun kamu bersekolah, kamu tetap kamu, yang memiliki segudang keunikan yang mungkin nggak dimiliki orang lain.
Namun, kemampuan sosialisasi ini hanya bisa kamu miliki ketika kamu sudah terlatih mengobrol bersama orang lain. Kemampuan ini juga hanya bisa berkembang ketika kamu peka pada perasaan orang lain, pada apa yang mereka suka dan tak suka. Bagaimana mungkin semua hal ini bisa kamu asah ketika kamu hanya berkutat di ruang kelas saja? Di dalam ruangan itu, mengucapkan sepatah-dua patah kata saja kamu tak bisa…
4. Pintar bahasa Inggris juga tak menjaminmu bisa membetulkan peralatan rumah. Kalau kipas angin rusak, AC bermasalah, dan tivi tak mau menyala, kamu harus memanggil tukang untuk membenarkannya
Sayang sekali sekolah tak mengajarkan bagaimana caranya membetulkan barang-barang rumahan. Karena semakin kamu dewasa, maka akan semakin kamu mengerti bahwa ada sebuah keharusan bagimu untuk mengerti bagaimana cara memperbaiki peralatan rumah. Tukang juga tak selalu bisa dipanggil kapan saja — bagaimana seandainya kipas angin kita macet tengah malam? Ketika kita tak bisa membenarkan kerusakan sederhana pada mesin kipas angin itu, siap-siap saja deh kepanasan semalaman.
5. Hidup yang seimbang pun tak ada pelajarannya. Kita harus berjuang menemukan formula yang tepat seiring dewasa
Sekolah mengajarkanmu untuk bekerja keras untuk memperoleh nilai yang baik, namun itu tidak sepenuhnya mengajarkanmu kemampuan untuk menyeimbangkan kemampuanmu yang sebenarnya supaya kamu mencapai kebaikan di segala aspek. Membangun quality time bersama orang-orang tersayang, sambil merintis usaha, dan sambil memastikan bahwa tetap ada waktu senggang untuk sendirian bukanlah hal yang mudah. Mencapai keseimbangan diperlukan untuk memiliki hidup yang membahagiakan. Dan kamu hanya bisa mempelajari cara mencapai keseimbangan seiring kamu dewasa, bukan dengan diam di dalam kelas sana.
6. Kamu pun tak bisa tiba-tiba pandai memasak hanya karena mendapatkan nilai 10 di pelajaran Kimia
Kalian yang anak kost seharusnya punya kemampuan untuk memasak dengan budget terbatas. Namun, kemampuan ini tidak pernah diajarkan di sekolah. Ketika kalian akan menikah, buru-buru deh harus belajar!
7. Sekolah juga tak mengajarkanmu bahwa — meski segala hal di dunia memakai uang — uang bukanlah segalanya
Sedari kecil kita selalu ditanamkan bahwa jika mendapat nilai yang bagus makan masa depan kita akan cerah dan jika masa depan cerah maka kehidupan finansial akan terjamin. Namun perlu Hipwee tekankan bahwa uang bukanlah sumber kebahagiaan kita. Terdengar klasik sih, tapi memang begitu adanya. Kekayaan dan kebahagiaan adalah dua hal yang berbeda, uang akan menjadi sesuatu yang merugikan jika dikendalikan oleh orang yang salah, namun kebahagiaan akan selalu begitu adanya, sederhana dan menentramkan.
8. Sementara kemampuan belajar dari kegagalan hanya bisa kamu asah setelah berkali-kali gagal
Belajar dari kegagalan bukanlah tujuan utama sekolah. Sekolah akan mengajarkanmu bagaimana untuk berhasil duduk di peringkat pertama. Jawara PostPelajaran menarik untuk diri sendiri, karena kini kita menyadari bahwa jika semua dipandang dari satu sisi saja, semua siswa pasti akan gagal ujian kelulusan. Namun tidak ada kegagalan yang sia-sia jika kita belajar untuk menerima dan memaknainya. Mempelajari apa yang salah dan mengapa sesuatu tidak berjalan seperti seharusnya dapat membantumu untuk menentukan apa yang harus kamu lakukan selanjutnya sehingga hal tersebut tidak terjadi lagi sehingga ke depannya kamu akan menjadi pribadi yang lebih kuat.
9. Kemampuan yang terpenting dan tak ada pelajarannya di sekolah, adalah kemampuan untuk memaafkan
Memang susah untuk memaafkan orang yang telah membuatmu bersedih. Dan bahkan lebih sulit bagimu untuk benar-benar memaafkannya daripada sekadar berpura-pura di depannya. Belajar bagaimana memaafkan hal-hal yang membuatmu bersedih dan move on adalah kemampuan yang jelas tidak kamu dapatkan di bangku sekolah karena membutuhkan kesabaran dan pengertian.
Pada akhirnya kemampuan-kemampuan yang secara tidak langsung kamu dapatkan itu akan membantumu untuk mengerti orang lain, belajar untuk merasakan bagaimana jika kamu menjadi mereka, dan kamupun akan lebih berhasil dalam membangun karaktermu.