NEGARA BALI, Jawara Post—-April hingga Juli merupakan periode penyu bertelur. Penyu setiap tahunnya tidak pernah absen bertelur dan bersarang di sepanjang garis pantai Bumi Makepung Jembrana.
Jika selamat, jutaan telur penyu bisa didapatkan setiap tahunnya dan menetas serta menjadi generasi penerus penyu-penyu Lekang di lautan.
Namun masalah lingkungan dan dampak abrasi juga sangat berpengaruh dengan keamanan telur-telur penyu tersebut. Ulah manusia yang berburu penyu dan memperjualbelikan telur penyu untuk konsumsi, membuat penyu semakin langka dan susah dikembangbiakkan.
Langkah positif selama ini dilakukan Kelompok Pelestari Penyu (KPP) Kurma Asih di Perancak Jembrana. Kini, KPP Kurma Indah di Pengambengan juga memiliki komitmen yang sama. Menyelamatkan telur-telur penyu yang menetas di pesisir Jembrana dan kemudian ditetaskan lalu dilepasliarkan.
Ketua KPP Kurma Indah Pengambengan Moh Yunan ditemui di tempat penangkaran di Dusun Ketapang Muara, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Jembrana, Minggu (29/7) mengatakan sejak 2011, rata-rata setiap tahun pihaknya baru bisa menetaskan 6.000 ekor telur penyu menjadi tukik.
Namun terkadang bisa lebih dan mencapai 8.000 ekor tergantung dari telur yang didapatkan. “Ini dalam beberapa hari ini baru menetas 1.200 ekor tukik dan siap dilepasliarkan Agustus ini,” jelas Yunan.
Telur-telur ini, katanya, didapatkan dari para nelayan, warga masyarakat dan juga anggota kelompok. “Kami ingin terus memotivasi masyarakat untuk peduli dan ikut melestarikan penyu dengan menyelamatkan telur-telur penyu,” tandasnya.
Pihaknya menunggu masyarakat, para siswa serta instansi tertentu ikut dalam kegiatan rilis Tukik ini sebagai satu diantara upaya konservasi Penyu. Meskipun tempat pelestarian penyu di Pengambengan baru tahap penataan dan pindah dari tempat sebelumnya katanya pihaknya juga ingin KPP Kurma Indah juga dikenal masyarakat sehingga lebih maju.
Pihaknya juga berharap selain masyarakat bisa turut langsung dalam rilis Tukik, kegiatan ini juga menjadi satu diantara daya tarik pariwisata di Desa Pengambengan. Kedepan pihaknya akan lebih persuasif mengajak siswa, anak-anak muda agar lebih terbuka terhadap lingkungan, terutama konservasi Penyu.
Di Pengambengan dalam pengembangan pelestarian penyu katanya memang masih banyak kendala selain pendanaan karena donasi masih minim juga masalah sampah plastik. “Di tempat sebelumnya pernah ada wisatawan yang datang dan merilis tukik, guide-nya mengatakan tamu-tamunya masih mengeluhkan terkait sampah sehingga kami perlu menyadarkan masyarakat sekitar juga dalam agar peduli lingkungan,” jelasnya.
Menurut Moh Yunan setiap hari pihaknya harus mengeluarkan dana untuk membeli pakan makanan tukik Rp 50 ribu. Karena ikan lemuru harganya Rp 25 ribu per kilogram dan sehari dibutuhkan 2 kg ikan sebagai makanan tukik.
KPP Kurma Indah berdiri sejak 2011. Moh Yunan yang bekerja sebagai nelayan juga pernah belajar di KPP Kurma Asih di Perancak dan hingga saat ini masih bekerjasama dalam pelestarian penyu. Ia berharap agar masyarakat di Pengambengan kepedulian lingkungan semakin meningkat sehingga wisatawan dan tamu-tamu lain bisa datang dan bisa lebih berkembang.
@manik