Lombok Barat NTB, Jawara Post–Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam aliansi Forum Mahasiswa Lombok Barat FM berunjuk rasa di halaman gedung putih kantor Bupati Lombok Barat (Lombar), Kamis. (10/1/2019) lantaran pemkab lamban menangani bantuan gempa Lombok NTB.
Aliansi Forum Mahasiswa Lombok Barat FM ini menuntut sejumlah, kebijakan pemerintah lombok barat khususnya bupati terkait penangan gempa Lombok khususnya wilayah Lingsar, Narmada, Gunung Sari dan Batu Layar sampai saat ini lamban nya terealisai.
Dalam tuntutannya Muksin selaku koordinator aksi, menuntut percepatan realisai dana gempa Lombar NTB, juga mempermudah persyaratan penerimaan bantuan dana gempa bumi bagi masyarakat, serta meningkatkan pengawasan pendistribusian dana gempa.
Masa aksi mendesak pemerintah pusat agar segera menepati janjinya untuk segera menyelesaikan penanganan musibah gempa Lombok, sementara itu masa aksi juga mengancam apabila tuntutan ini tidak segera direalisasikan.
“Maka kami akan melaksanakan aksi demo besar besaran dengan sejumlah masa yang lebih banyak.” ungkap muksin dalam orasinya.
Muksin juga menuntut Bupati Lombar, Fauzan Khalid untuk mempertanggung jawabkan janjinya. “Karna yang selama ini kenyataan sangat berbeda kami sangat prihatin terhadap masyarakat yang menjadi korban gempa yang sampai saat ini tidak ada kejelasan.
“Cobak bupati lihat masyarakat Lombok Barat yang terkena musibah gempa, mereka sampai saat ini masih tertidur di tenda pengungsian, mereka butuh air, mereka butuh obat, banyak masyarakat yang meninggal akibat penyakit malaria yang mereka alami dan sampai saat ini ada juga yang belum tertangani, sampai kapan masyarakat lombok barat yang masih duduk di pengungsian.” lanjutnya.
Muksin menyatakan, dalam orasinya, ia sangat kecewa terhadap Bupati Lombar, padahal ia sudah bersurat agar bisa di terima, namun kenapa bupati menghindar dan demi masyarakat Lombar khususnya yang terkena gempa, ia siap meninggalkan kampus dan beberapa mata kuliah demi keadilan di masyarakat.
“Sebelum bupati menemui kami, maka kami tidak akan pergi sebelum ada titik temu dan kami akan menginap sampai kapan bapak bupati menemui kita dan haram hukumnya kami pulang.” lanjutnya.
Selain itu, Mirani selaku korban gempa sekaligus mahasiswa menyampaikan kalau ia datang ke sini bukan menggangu aktifitas bapak – bapak selaku pejabat pemda. Ia datang akan menagih janji bapak bupati, lantaran mereka sudah lelah kedinginan tidur di tenda – tenda. “Kami ingin hidup layak, dan kami sudah tidak tahan,” paparnya.
Lalu. Muhasan/Lobar