BANYUWANGI, Jawara Post – Pelaksanaan simulasi penanggulangan bencana tsunami di pantai mustika, Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran Banyuwangi, sabtu (05/01) siang, sempat diwarnai kericuhan.
Kericuhan bermula dari aksi salah seorang warga bernama Dayat yang menolak keberadaan tambang emas Tumpangpitu yang dikelolah PT. Bumi Suksesindo (BSI) dengan membagikan stiker tolak Tambangpitu. Saat itu Kapolda Jatim dan jajarannya sedang berfoto bersama Bupati Banyuwangi serta warga pancer. Lantaran dianggap menganggu, warga tersebut pun diamankan. Namun, selang beberapa lama dilepaskan kembali.
Menurut Dayat, aksinya tersebut didorong oleh keinginannya untuk menyuarakan aspirasi masyarakat yang selama ini menolak adanya tambang emas Tumpangpitu kepada Gubernur Jatim, Bupati Banyuwangi, Kapolda Jatim dan Pangdam Jaya yang diperkirakan hadir dalam acara simulasi tsunami tersebut. “Sticker tolak tambang saya bagikan dan ada tiga permintaan di dalamnya,” ujar Dayat.
Menurut Dayat, isinya permintaan tersebut antara lain, minta dibatalkanya ijin usaha pertambangan milik PT. DSI dan dibatalkanya ijin usaha pertambangan milik PT. IMN yang hingga saat ini belum dibatalkan meskipun saat ini tidak mengelola lagi.
Serta meminta dibatalkan juga ijin usaha pertambangan milik PT. Bumi Suksesindo. ” bagaimana lagi aspirasi masyarakat tidak pernah di dengar oleh para pemerintah, makanya saat ada pejabat pejabat dari jawa timur ya kita bagikan stiker biar tau aspirasi masyarakat sekitar,” ujar dayat.
Dayat menilai keberadaan perusahaan pertambangan emas di Tumpangpitu tidak ada manfaatnya bagi warga di sekitarnya. Bahkan cenderung merugikan, lantaran dampak pertambangan logam mulia tersebut dapat merusak lingkungan yang sudah dirasakan oleh para nelayan pancer yang mengeluh hasil tangkapan ikannya menurun semenjak adanya pertambangan emas tersebut. “Pertambangan ini tidak bermanfaat dan malah membuat resah warga sekitar,” ujar Dayat.
Selain itu, aksi juga dilakukan oleh Nuraini, perempuan paruh baya yang nekat berfoto bersama Kapolda dan Bupati Banyuwangi yang bersama warga menggunakan kaos Tolak Tambang. Akibat aksinya, ia terpaksa diamankan dengan diseret oleh petugas kepolisian dan Satpol PP untuk tidak berulah. “Saya hanya ingin ketemu dengan Bupati, kenapa kalian halang halangi, apa karena saya pakai kaos tolak tambang,” teriak Nuraini.
Sangking frontalnya ia melawan petugas, sampai sampai ia jatuh pingsan karena diseret seret oleh petugas. “Saya hanya ingin meminta tanggung jawab Bupati, karena permintaannya ke KLHK, gunung Tumpangpintu yang dulunya Hutan lindung menjadi hutan produksi. Sekarang hutan lindung Tumpangpitu habis, setiap hari di Bom untuk pertambangan,” ujarnya.
Meski diwarnai berbagai aksi, simulasi penangulangan bencana tsunami yang digelar tetap berjalan aman dan kondusif karena kesigapan pihak kepolisian dan Satpol PP.