SITUBONDO, JP. Com – Maraknya pengerjaan proyek yang disinyalir “siluman”, lantaran tidak ditemukan adanya papan informasi yang terpasang di lokasi garapan, membuat Yayan, tokoh pemerhati program desa, kembali merasa geram.
Dari kesekian pengelolaan proyek-proyek yang diduga “gentayangan” serta “terselubung” tersebut, ditengarai keadaan itu masih mencengkeram dan sedang berlangsung di kabupaten yang berjuluk sebagai Kota Santri ini, Sabtu (16/4/22).
Salah satu menarik nya, justru menjangkiti sebuah desa yang bernama Curah Kalak, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, ketika mengerjakan sebuah proyek pengaspalan Lapen (Lapis Penetrasi Macadam).
“Saya punya data mas, ada kegiatan aspal lapen jalan, di desa Curah Kalak yang papan informasi nya tidak dipasang. Sehingga, nilai anggaran dananya tidak bisa diketahui publik. Entah anggaran itu didapat darimana, Dana Desa (DD), Silfa, Jasmas atau dari Pokmas,” ungkap Yayan mengawali penjelasan.
Tidak hanya itu, menurutnya, ada dugaan ketidaksesuaian spek pada penerapan batu ukuran 3×5 yang digunakan. Sehingga, kemungkinan batu itu akan menjadi pecah berkeping-keping ketika dimampatkan dengan alat berat perata tanah (Wales).
“Batu ukuran 3×5 nya itu, banyak campuran batu apungnya. Dan itu sudah nggak sesuai dengan spek. Karena, ketika dilewati oleh wales akan amblas dan menjadi hancur. Bukan merupakan batu ukuran 3×5 lagi, tapi akan menjadi batu grongsokan yang hancur. Sehingga, ini tidak akan sesuai dengan spesifikasinya.” jelas lelaki kelahiran Desa Seletreng ini.
Dalam keterangannya, definisi kegiatan pengaspalan lapen Desa Curah Kalak sudah tidak lagi mengikuti petunjuk teknis. Sebab salah satu bahan yang digunakan, tidak sesuai dengan mekanisme dan peruntukannya.
Bahkan, lanjut dia, dirinya akan melaporkan masalah itu ke inspektorat. Karena ada dugaan, kegiatan tersebut dilaksanakan tanpa adanya pengawasan dari pihak tenaga ahli ataupun dari pendamping desa.
“Kalau saya lihat, sebagian nggak pakai batu ukuran 10×20 itu ditepi pinggir nya. TA 2021, Curah Kalak pernah ada kegiatan lapen juga. Tapi nggak sampai 2 bulan, sudah di tumbuhi rumput. Itu akibat dari kurang kepadatan nya waktu di wales. Jika ditemukan adanya dugaan penyimpangan, maka saya akan melaporkan ke inspektorat sebagai leading sektor nya,” ancamnya.
Terpisah, Wawan (40) warga kecamatan Panji juga menyatakan hal senada, “Kemarin sempat saya datang ke lokasi, dan saya nggak melihat ada papan informasinya mas. Jadi anggaran nya darimana, itu nggak jelas.
“Selain itu, saya melihat ada banyak campuran batu apung nya,” Beber Wawan memaparkan kesaksiannya.
Sementara, Kepala Desa Curah Kalak, M Matnaji SH saat dikonfirmasi, justru menginstruksikan wartawan media ini untuk mendatangi dan bertanya langsung kepada Tim Pelaksana Kegiatan (TPK).
Kendati demikian, ketika awak media menyodorkan pertanyaan terkait asal-usul sumber dana dari proyek tersebut, dengan keraguan dan terbata-bata ia mengatakan, didapatnya dari dana kas desa, seraya menyuruh agar wartawan datang menemui nya kembali besok.
“Iya, itu bisa tanya ke TPK. Nanti akan saya tanya, dana nya itu didapat darimana kepada TPK dan operator. Nggak tau itu, dari dana apa itu,” jawab Matnaji, sebelum terselip lidah mengutarakan asal anggaran dari dana kas desa.
Mengetahui semua ini, Ketua Komisi III DPRD Situbondo yang membidangi pembangunan, Arifin SH, MH, menyarankan dan meminta awak media agar segera membuat surat pengaduan secara tertulis ke Komisi yang dipimpin nya sekarang.
“Kalau begitu, nanti buat pengaduan secara tertulis ke Komisi mas. Nanti kita akan bahas dalam internal Komisi,” ujar mantan Ketua yang pernah membidangi kesejahteraan rakyat di Komisi IV itu.
Menjadi suatu hal yang aneh dan tanda tanya besar bagi publik ketika di putar-putar dalam konfirmasinya saat memperhatikan pelaksanaan kegiatan proyek pengaspalan Lapen di desa Curah Kalak, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.
Menyimak itu semua, LSM Jawara akan mengevaluasi segala kemungkinan adanya kongkalikong antara KadesDan TPK, pasalnya sang kades tak dapat menjelaskan sumber dana proyek didesanya.
Pewarta: Agung Ch