“Mesin saya pakai mesin pemangkas rumput, dan bahan lainnya. Besinya sangat ringan, sehingga bisa buat di segala medan. Pegunungan juga bisa, karena berat mesin buatan saya ini hanya 30 kilo diangkat dua orang bisa. Sedangkan mesin pabrikan beratnya 300 kilo, yang diangkat 5 orang tidak kuat.”
Selama tiga tahun, ia mulai bereksperimen untuk merombak mesin pemotong rumput tersebut. Tapi apa boleh buat, karena masih banyak kekurangan, alat itu tak segera dipublis. Butuh puluhan percobaan untuk menyempurnakannya dan digunakan menanam padi.
Di tahun 2021 kemarin, alat itu baru bisa digunakan dengan baik. Zainul mengatakan jika alat itu bisa bekerja hingga 15 hektare sawah.
“Tentunya banyak yang harus dikerjakan. Alat ini tidak bisa langsung jadi. Harus melewati puluhan kali percobaan,” katanya, Sabtu (8/1/2022).
Sebelum membuat alat tersebut, Zainul juga dikenal kreatif dalam urusan persawahan. Mesin traktor yang dikendalikan melalui remot kontrol sukses dibuatnya. Ia berhasil membantu petani untuk membajak sawah dari jarak jauh.
“Alhamdulillah, memang zamannya kan sudah zaman teknologi. Jadi ini mencoba membuat alat dan sukses,” katanya
Dijelaskan Zainul, awal mula terpikir membuat alat ini karena susahnya mencari buruh tani. Ia kemudian terpikir untuk membuat mesin penanam padi otomatis. Salah satu bahannya yakni dari mesin potong rumput.
Tentu, Ia harus merogoh kocek lebih dalam, karena berkali-kali mencoba dan gagal. “Saya sudah 20 kali mencoba untuk bisa sesuai harapan,” tuturnya.
Sebelum membuat alat canggih itu, pada tahun 2015 lalu, ia sempat membeli mesin penanam padi buatan pabrik. Namun, mesin itu menurutnya tidak cocok digunakan di lahan wilayah Pasuruan. Sebab, bobot mesin terlalu berat.
Selain itu, jika ada kerusakan pada mesin buatan pabrik tersebut, biaya perbaikannya sangatlah mahal.
Setelah itu, ia mempelajari cara kerja mesin tanam padi yang dibelinya. Akhirnya, ia bisa membuat mesin tanam padi sendiri yang beratnya lebih ringan. Sehingga bisa digunakan untuk semua medan persawahan.
“Mesin saya pakai mesin pemangkas rumput, dan bahan lainnya. Besinya sangat ringan, sehingga bisa buat di segala medan. Pegunungan juga bisa, karena berat mesin buatan saya ini hanya 30 kilogram diangkat dua orang bisa. Sedangkan mesin pabrikan beratnya 300 kilogram, yang diangkat 5 orang tidak kuat,” jelasnya.
Ke depan, Zainal ingin berbisnis melalui alat yang dibuatnya. Rencananya, mesin tanam padi tersebut akan diperjualbelikan. Harganya dibandrol Rp20 juta per unit, tentu lebih murah dari buatan pabrik yang mencapai Rp60 juta per unit.
Saat ini Zainul sudah bisa membuat 10 mesin. Ia mengaku, sudah banyak pesanan yang datang dari berbagai daerah. Ia masih menunggu launching alat buatannya.
“Insya-Allah tahun ini saya launching,” katanya.
Diketahui, mesin tanam padi karyanya jadi juara dalam Festival Inovasi Tekhnologi Pertanian yang digelar Pengurus Wilayah Nadhlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, beberapa waktu lalu.
Dengan adanya mesin tersebut, petani bisa tanam serentak. Dengan tanam serentak, bisa meminimalisir penyakit dan menekan biaya. Karena, serangan penyakit pada padi kerap disebabkan oleh masa tanam padi tidak serentak.
“Saya sempat keliling ke daerah lain di luar Pasuruan. Di sana tidak ada penyakit pada padi. Ternyata para petani di sana menanamnya secara berbarengan sehingga minim penyakit. Dengan alat ini saya kepingin ke depan petani di Pasuruan bisa menanam serentak,” tutupnya.
may/2022