SUMENEP, Jawara Post – Bisnis syahwat yang melibatkan pekerja seks komersial (PSK) dari luar Madura semakin marak di Sumenep. Perempuan pemuas nafsu laki-laki hidung belang itu berasal dari Probolinggo, Banyuwangi, Jember, dan Situbondo. Tapi, ada juga yang berasal dari Pamekasan.
Para PSK yang kebanyakan masih berumur dibawah 25 tahun itu tidak lagi aktif
menjajakan diri di dalam kota, melainkan di perkampungan warga yang jauh dari keramaian.
Hasil penelusuran, ada rumah warga yang di tempati bisnis syahwat ini berada di bagian selatan kota. Ada 1rumahdi Desa Langsar, Kecamatan Saronggi dan di Desa/Kecamatan Bluto ada 3 rumah warga.
Di Desa Langsar sedikitnya ada empat PSK yang beroperasi di rumah milik SN. PSK yang ada berasal dari Banyuwangi. Lokasinya di pelosok dan dibutuhkan waktu 45 menit dari Pasar Saronggi untuk sampai ke lokasi, tapi para hidung belang tetap mendatangi kawasan itu.
Sedangkan tiga rumah warga di Desa/Kecamatan Bluto yang menyediakan PSK lokasinya
berdekatan. Rumah paling utara dikenal berkelas, karena umur para penjaja seks di bawah umur 25 tahun. Saat ini, ada 5 orang PSK yang beroperasi.
Adapun di rumah tengah, ada empat PSK yang siap melayani. Tetapi, usianya rata-rata 35-40 tahun. Yang ditawarkan pijatan panas alias hot. Dari proses pijat terlebih dahulu baru dilanjutkan dengan hal lainnya bila ada kesepakatan.
Sedangkan PSK yang ada di rumah paling selatan tergolong muda-muda. Rumah yang
tergolong bagus itu menyediakan 5 PSK yang umurnya di bawah 30 tahun.
Untuk mengetahui aktivitas bisnis sahwat yang semakin menjamur itu tidaklah sulit. Semalam suntuk mereka siap melayani para tamu. Bahkan, diantara para tamu itu mengawali aktivitasnya dengan pesta minuman keras.
Alunan musik keras juga mengiringi mirip di tempat dugem.Pada siang hari, para PSK itu tetap melayani tamu. Namun, tidak terbuka seperti pada malam ini. Mereka selalu berada di dalam ruang tamu.
Salah tamu, AD (31) mengaku sering mampir ke kawasan itu. Menurut dia tarifnya terjangkau dan aman penggerebekan maupun ancaman warga.
\”Kalau ditempat ini terasa nyaman karena petugas Satpol PP dan dari kepolisian juga sering ke sini dan tidak ada masalah,\” kata AD pada detiksurabaya.com seraya minta namanya tidak disebut di salah satu rumah warga penyedia PSK Desa/Kecamatan Bluto, Sumenep, Rabu (25/11/2009).
Tarif yang dipatok Rp 50 ribu. Pelayanan pun cukup bagus. Bahkan, miras pun tersedia, namun harganya cukup mahal.
Rumah warga yang dijadikan tempat bisnis syahwat itu berjauhan dengan rumah warga lain, namun berdekatan dengan rumah salah seorang anggota DPRD Sumenep periode 5 tahun ke depan. Selama ini tidak ada reaksi keras dari warga setempat. Bahkan, operasi yang dilakukan aparat penegak hukum selalu gagal menangkap para PSK.
Belakangan, aparat keamanan baik Polri, TNI dan Satpol PP bersikap tegas. Semua aktifitas yang terindikasi bisnis lendir, di razia. Tak pelak, ada 2 wanita pemain dan mucikari (juragan PSK) dicyduk dan ditetapkan sebagai tersangka. Mereka masing masing Fa( 22l dan E ( 36).
Red/JP