SITUBONDO, Jawara Post–Proyek pengembangan tempat wisata yang belakangan gencar dilakukan oleh pemerintah Situbondo, mulai menuai kritik pedas dari kalangan masyarakat, Minggu (14/10/2018). Bukan mendukung program tahun kunjungan wisata 2019, objek wisata Blekok malah dinilai sebuah proyek asal – asalan dan berpotensi berbahaya bagi wisatawan. Pasalnya, struktur bangunan yang ada dianggap oleh masyarakat jauh dari kelayakan.
Ungakapan ini diutarakan oleh seorang ibu rumah tangga yang kebetulan berada dilokasi, Minggu (14/10/2018). Wanita berdaster ini menuturkan bahwa jembatan kayu yang dibangun jauh dari kelayakan dan potensi bahaya. “Pemasangan kayu ini tidak sama alias tidak rata. Apalagi, tiang penyangga agak goyang, sehingga banyak wisatawan domestik yang mengeluh pada warga sekitar. Kami hanya bisa jawab, ini proyek pemda,” ungkapnya.
Sambil meminta agar namanya jangan ditulis dimedia Jawara Post ini, ibu Rt itu membeberkan kalau sangat jelas penampakan bangunan yang ada. Sambil menunjuk pada sejumlah titik bangunan, terlihat struktur kayu yang terpasang terkesan asal dan dinilai kejar waktu cepat selesai. Padahal, dana yang dialokasikan untuk proyek pengembangan wisata di Klatakan, Kecamatan Kendit, Situbondo Jatim ini, sungguh fantastis.
“Kaule kan reng disa pak, deddi tak pate oning soal dana anggaran ngabik saponapah. Coma, buktenah geledek panika goyang pas serapah tak pade. Mon ru kaburu lebet e geledek bisa labu” Saya ini orang desa pak, jadi kurang tahu akan alokasi anggaran habisnya berapa. Hanya saja, buktinya jembatan kayu ini goyang, juga papan kayunya tidak sama (tidak rata). Jika terburu buru melintas diatasnya, maka bisa jatuh,” imbuhnya, dengan logat madura Situbondoan.
Simak pula : RADAR BESUKI : BPCB Pastikan Restorasi Eks Karesidenan Sesuai Ketentuan
Pantauan dilapangan, konstruksi kayu yang terpasang diwana wisata Kampung Blekok Kecamatan Kendit dengan nama kegiatan pengembangan ekowisata dan jasa lingkungan dikawasan konservasi anggaran sangat jelas tertera 1. 569. 456.000 dengan pelaksana CV Tentrem dengan No. SPMK 027/486/431.205.2/PPK-PPLH/2018 dibawah naungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH), seperti pada gambar.
“Kami sangat menyayangkan dengan pekerjaan proyek ini yang apabila dilihat seakan tidak terkonsep dengan matang. Ini uang rakyat yang patuh bayar pajak, jadi dengan penampakan seperti ini, diduga kuat proyek ini tidak pro rakyat. Bukan hanya itu, azas manfaatnya juga patut dipertanyakan. Saya curiga, jangan – jangan ini sarat kolusi dan nepotisme,” ujar Eko Febrianto, Ketum LSM Siti Jenar.
Sementara, proyek dengan nama belanja modal konstruksi pembuatan taman, bersumber dari dana APBD senilai 187.475.000, jangka waktu 90 hari kalender dengan No. 027/925/431.205.2/PPK PPLH/2018 pelaksana CV Ardi Putra, juga dikeluhkan masyarakat sekitar. Alih alih transparansi, Pokdarwis yang adapun mengaku tidak perbnah dilibatkan, baik dalam perencanaan hingga pelksanaan proyek tersebut.
“Kami sebagai kelompok sadar wisata (Pokdarwis) disini (Kalatakan Kendit), tidak pernah dilibatkan dalam hal apapun. Sehingga, sampai hari ini kami juga tidak tahu konsep pengembangan wisata ini seperti apa. Kami masyarakat disini yang tahu baca tulis, hanya bisa melihat papan kalau anggaran untuk proyek ini, milyaran rupiah. Ironi memang, tapi itu fakta yang terjadi,” kata Pak Holis.
Baca juga : RADAR BESUKI : Diknas Pungli Guru, APH Didesak Turun Tangan
Sejatinya, proyek pengembangan wisata bukan hanya untuk mendukung program pemerintah Situbondo, melainkan azas manfaatnya bagi masyarakat sekitar dapat dirasakan.
Baca : RADAR BESUKI : Menelisik Proyek Wisata Tampora (02)
Baik dalam hal peningkatan ekonomi dalam membagun taraf hidup yang lebih baik, hingga penghasil lebih akibat dampak dari suksesnya proyek Ekowisata Blekok ini. Bayangkan, jika wisatawan merasa nyaman, maka dampak positip akan terasa pada masyarakat disekitarnya.
Terkait keluhan warga dan dugaan pekerjaan proyek pengembangan wisata Blekok yang asal asalan ini, pihak kontraktor maupun konsultan perencana belum bisa dikonfirmasi. Begitu juga Kadis Lingkungan Hidup, gua dimintai keterangan ataupun tanggapannya. Sampai berita ini naik tayank, warga sekitar mengaku malu dengan apa yang menjadi keluhan wisatawan yang datang.
Klik link berikut : RADAR BESUKI : Menelisik Proyek Wisata Tampora (01)
“Semoga saja, Pemkab peduli dengan permaslahan ini,” imbuh warga lainnya.
(dokumen video wawancara warga)
Gus/din
Biro Situbondo